Wednesday, January 11, 2017

Laporan Manajemen Agribisnis



LAPORAN PRAKTEK
MANAJEMEN AGRIBISNIS
“USAHA KUE DANGE”

BAB I. PENDAHULUAN

A.      Latar  Belakang
Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan berpuluh-puluh propinsi Setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan daerah lain. Ciri khas tersebut ada pula pada jenis makanan dan minuman khas suatu daerah tertentu. Salah satunya pada Kecematan Segeri Kabupaten Pangkep. Kabupaten Pangkep selain terkenal dengan ragam makanan yang ada yaitu Sop Saudara, Sop Konro, Sop Kikil, Konro bakar, Range ( Dange), Cucuru Bayao, Gogoso letta, Kaddo Massingkulu, Ondr-onde kaluku, Suraben, Tabba-tabba, Sambal muttiara, Lawara tala, Ronto na bilokka, Cao, Raca unti, Langga Peo, Cobe-cobe cela bambang, Gammi-gammi, lawi-lawi pallu kacci, Lalapan daun jambu mete dll.
Dange adalah salah satu makanan khas dari kabupaten Pangkep. Sepintas Dange mirip dengan kue Baroncong, tapi kue Baroncong memiliki tekstur yang lebih halus sedangkan dange sedikit kasar. Orang yang baru pertama kali mencoba Dange seperti saya akan berasa manis pahit. Tapi jika sudah terbiasa memakannya rasa pahitnya hilang dan cuma rasa manis saja yang ada dalam kelezatan kue Dange.
Dange yang berasal dari Segeri adalah makan khas Kabupaten Pangkep.  Pangkep merupakan salah satu Kabupaten yang mayority adalah orang-orang Bugis. Komunitas Pangkep memiliki bagian penting untuk memperkenalkan kue tradisional Pangkep, misalnya adalah Dange.  Dange merupakan salah satu kue tradisional masyarakat Pangkep atau kita bisa menyebutnya sebagai kue tradisional Bugis. Masyarakat Pangkep yang terutama Segeri mulai memperkenalkan Dange kepada masyarakat tentang tahun pertama 2000. Salah satu orang yang Segeri yang pertama kali menjual Dange adalah "Puang H. Bora dengan nama toko kecilnya untuk Dange adalah" Sabah ".
Dange Putih yang dibuat oleh H. Bora dapat menarik minat terhadap masyarakat untuk mencoba rasa Dange. Selain rasa Dange lezat atau sangat bagus, proses untuk membuatnya begitu unik juga, karena kita harus menggunakan arang atau kayu bakar. keberhasilan dari penjualan kue Dange, H. Bora dapat memberikan motivasi kepada masyarakat Segeri yang lainnya untuk menjual kue Dange. Selain Dange putih, ada Dange hitam juga. Dange hitam lebih lezat dan lebih tahan lama dibandingkan Dange putih sehingga dia memilih untuk menjual Dange hitam dengan menambahkan rasa keju . Dange dapat bertahan tiga hingga empat hari.

B.       Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1.         Untuk mengetahui proses produksi dari kue dange.
2.         Untuk mengetahui besar biaya produksi, penerimaan, dan penetapan harga dari usaha kue dange.
3.         Untuk mengetahui sistem pemasaran dan sistem pembayaran terhadap usaha kue dange.

C.      Kegunaan
Adapun kegunaan dari laporan ini yaitu :
1.         Untuk menambah informasi atau pengetahuan mengenai proses produksi dari kue dange.
2.         Untuk mengetahui berapa besar biaya produksi, penerimaaan, serta penetepan harga dari usaha kue dange.
3.         Untuk mengetahui bagaimana sistem pemasaran serta sistem pembayaran yang diterapkan dari usaha kue dange.


BAB II. KEADAAN UMUM USAHA DANGE

A.      Profil  Usaha Kue Dange
Usaha kue dange terletak di Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep, Sulawesi-Selatan yang telah memproduksi produk lokal sejak tahun 2006 silam.  Usaha ini dikelola kelompok usaha Sabah yang diketuai oleh Haji Bora. Ruang lingkup usaha kue dange adalah industri makanan instan yang termasuk dalam subsistem agroindustri hilir dimana kelompok usaha ini mengolah hasil pertanian kemudian memasarkannya.

B.       Sejarah Usaha Kue Dange
Dange Segeri, Makanan Khas Pangkep. Pangkep merupakan salah satu kabupaten yang mayority adalah orang-orang Bugis. Komunitas Pangkep memiliki bagian penting untuk memperkenalkan kue tradisional Pangkep, misalnya adalah Dange.  Dange merupakan salah satu kue tradisional masyarakat Pangkep atau kita bisa menyebutnya sebagai kue tradisional Bugis. Masyarakat Pangkep yang terutama Segeri mulai memperkenalkan Dange kepada masyarakat tentang tahun pertama 2000. Salah satu orang Segeri yang pertama kali menjual Dange adalah "Puang H. Bora dengan nama toko kecilnya untuk Dange adalah" Sabah ".
H. Bora menjual Dange putih yang membuat minat terhadap masyarakat untuk mencoba rasa Dange. Selain rasa Dange lezat atau sangat bagus, proses untuk membuatnya begitu unik juga, karena kita harus menggunakan arang atau kayu bakar. keberhasilan dari menjual Dange, H. Bora memberikan motivasi kepada masyarakat Segeri lain untuk bergabung menjual Dange. Selain Dange putih, ada Dange hitam juga. Dange hitam lebih lezat dan lebih tahan lama dibandingkan Dange putih sehingga dia memilih untuk menjual Dange hitam dengan menambahkan rasa keju . Dange dapat bertahan tiga hingga empat hari.
Pemberontakan Kahar Muzakkar di Sul-Sel, dange menjadi makanan yang wajib ada untuk bertahan hidup selama bertahun - tahun di dalam hutan. Salah satu orang segeri yang pertamakali menjual dange yaitu Puang Haji Bora. H. Bora menjual dange di toko kecilnya yang bernama "Sabah". Dange putih yang dibuat Haji Bora sangat digemari oleh warga segeri karena rasanya yang enak dan memiliki aroma khas yang berasal dari arang dan kayu yang digunakan untuk membuat dange.
Keberhasilan dange putih yang dibuat Haji Bora dapat memberi memotivasi warga lain untuk membuat variasi terbaru dari dange, yaitu dange hitam. Adapun kelebihan dange hitam ini, yaitu, rasanya lebih enak dan tahan lama daripada dange putih. Dari situlah dange mulai berkembang dan menjadi makanan khas dari Segeri.

C.      Struktur Kelompok Usaha Kue Dange
Kelompok usaha H. Bora yang mengolah tepung beras ketang untuk menghasilkan kue dange. Adapun struktur usaha H. Bora sebagai berikut :


 


                                                                         





ANGGOTA
 
 



















BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Proses Produksi Kue Dange
Adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kue dange yaitu gula merah, kelapa parut, ketan hitam (untuk dange hitam) ketan putih (untuk dange putih). Sedangkan alat yang digunakan yaitu daun pisang, arang/kayu bakar, sendok, pisau, sarung tangan, dapo (alat pembakar dari tanah liat), dan cetakan dange (a'dangeng).
Pada dasarnya proses pembuatan kue dange  sangat mudah tapi harus hati-hati karena percetakan kue dange panas sehingga harus memeaki sarung tangan, berikut cara pembuatan kue dange yaitu:
1.         Iris tipis gula merah menggunakan pisau
2.         Campur gula merah dengan tepung ketan hitam (untuk kue dange hitam), ketan putih (untuk kue dange putih)
3.         Masukkan kelapa parut ke dalam adonan
4.         Panaskan cetakan dange
5.         Masukkan adonan dange ke dalam cetakan dange. (hati -hati, cetakannya panas jadi pakai sarung tangan)
6.         Tutup cetakan dengan daun pisang kemudian balikkan.
7.         Tunggu sampai dange-nya matang.
8.         Setelah matang, dange siap dinikmati
9.         Campur adonan sampai rata 
10.     Kemudian  panaskan pencetakan Dange (a'dangeng)
11.     Lalu taruh adonan Dange terhadap a'dangeng atau pencetakan Dange. Dan jangan lupa untuk hati-hati karena pencetakan dange panas sehingga harus menggunakan kos tangan.
12.     Setelah itu tutup atasnya dengan daun pisang, kemudian terbalik itu posisinya.
13.     Tunggu sampai adonan dange yang kecoklatan (matang).
14.     Kemudian di keluarkan dari daponya dengan menggunakan pisau
15.     Siap di kemas kemudian di jual di tempat
 
B.       Biaya Produksi, Penerimaan dan Penetapan Harga dari Kue Dange
1.    Biaya produksi dari Kue Dange
Untuk usaha kue dange ini, membutuhkan beberapa bahan baku seperti gula merah, kelapa parut, tepung ketan hitam (untuk dange hitam) tepung ketan putih (untuk dange putih). Dan alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan kue dange ini sangat sederhana seperti daun pisang, pisau, dapo yang terbuat dari tanah liat. Dalam per bulannya usaha kue dange ini dapat memproduksi rata-rata sekitar 900 – 1.500 biji. Adapun tabel biaya produksi kue dange perbulan sebagai berikut :
Tabel 1 : Rata-rata Biaya Produksi Perbulan kue dange

No.

Faktor Produksi

Jumlah

Harga

1.

Bahan Baku :
a.     Gula Merah (Rp. 15.000/Kg)
b.     Kelapa parut (Rp. 5.000/Butir)
c.     Tepung ketan  (12.000/ Kg)
d.    Arang/kayu bakar (2.000/Kg)


90 Kg
120 Kg
50 Kg
200 Kg


Rp 1.350.000
Rp. 600.000
Rp. 600.000
Rp. 400.00

2.

Kemasan (Rp.1.000/Dos)

900 Dos

Rp. 900.000


Total  Biaya


Rp. 3.850.000
Sumber: data primer setelah diolah, 2014
                        Dari table diatas dijelaskan bahwa rata-rata biaya produksi usaha kue dange selama satu bulan yaitu Rp. 3.850.000 yang terdiri dari biaya bahan baku hingga kemasannya.
2.    Penetapan Harga dari Kue Dange
Harga jual yang diterapkan dalam usaha kue dange ini sedikit lebih sederhana dibanding sejumlah produk serupa dari perusahaan lain. Hal ini dikarenakan produk kue dange ini memiliki keunikan tersendiri dalam hal rasa dan dalam segi kesehatan sangat. Berdasarkan hasil wawancara, maka diperoleh hasil sebagai berikut:



Tabel 2 : Rata-rata Produksi dan Penerimaan Kue Dange Perbulan :

No.

Bentuk Kemasan

  Penetapan    
 Harga (Rp)

­
Produksi/ Bulan

Penerimaan

1.
2 biji
Rp. 2.500
100 biji
250.000
2.
5 biji
Rp .6000  
150 biji
900.000
3.
8 biji (1 Dos)
Rp. 10.000
900 dos
9.000.000

Total
-
1050 biji 
10.150.000
Sumber: data primer setelah diolah, 2014
            Dari table diatas dijelaskan bahwa rata-rata produksi usaha kue dange ini sebnyak 1.050 biji perbulan dengan total penerimaan sebanyak Rp. 10.150.000 dalam satu bulan.
3.      Penerimaan yang Didapatkan dari Kue Dange
Hasil dari kue dange ini dapat dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan dan antusiasme masyarakat terhadap munculnya produk kue dange tersebut. Masyarakat sebagian besar menyatakan sangat menyukai kue dange karena makanan khas Kabupaten Pangkep, tidak hanya dari segi kepraktisannya namun juga dari segi rasa yang tidak kalah dibanding dengan makanan lainnya yang telah lama berkembang di Masyarakat.
Untuk penerimaan yang didapatkan dari usaha kue dange ini dengan penerimaan perhari dan perbulan. Penerimaan perhari didapatkan pada saat pelanggan yang datang langsung ketempat produksinya. Sedangkan penerimaan perbulan  didapatkan dari penjualan di warung makan dange 99. Terkadang penjualan di beberapa tempat ini normal, tinggi, dan bahkan sangat minim. Sehingaa Rata-rata pendapatan atau keuntungan tiap bulannya yaitu minimalnya Rp. 10.000.000 dan maksimal Rp.15.000.000, ini di karenakan apabila rata-rata yang laku perhari 30-70 Dos dan ada yang terjual di tempat dimana yang di jual per biji tidak menggunakan dos.

C.      Sistem Pemasaran dan Sistem Pembayaran dari Kue Dange
1.    Sistem Pemasaran dari Kue Dange
Strategi pemasaran dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui promosi langsung dan ikut serta di pameran-pameran untuk memperkenalkan produk ini. Pemasaran melalui promosi langsung dilakukan di warung sabah dengan konsumen langsung. Pemasaran dapat dilakukan di pasar karena produk kue dange ini makanan khas kabupaten pangkep sehingga diminati oleh warga pangkep karena harganya sedikit murah.
2.    Sistem Pembayaran dari Kue Dange
Adapun sistem pembayaran yang diterapkan pada usaha kue dange ini yaitu menggunakan sistem pembayaran langsung (cash) bersama sehingga dihari itu pula transaksi dilakukan sesuai dengan jumlah yang beli kue dan pembayaran sesuai dengan permintaan (tidak menerima utang), karena uang selalu di putar-putar untuk pembelian bahan-bahan kue yang akan di buat untuk hari berikutnya.

3.      Rencana Pengembangan Usaha Dange
Tujuan pertama suatu perusahaan mengembangkan usaha dange untuk kepastian mendapatkan pertumbuhan penjualan dan penghasilan di  masa yang akan datang. Akibat dari kemajuan teknologi, perubahan kebutuhan dan pilihan pelanggan dan persaingan global yang semakin tajam, maka terjadi kecenderungan bahwa umur produk semakin pendek. Oleh karena itu mengalirnya produk baru ke pasar serta mengembangkan usaha dange termasuk ke luar Kabupaten agar usaha dange tersebut bias semakin di kenal sehingga peminatnya banyak.
Apabila usaha dange sudah berkembang maka usaha tersebut akan menerima pesanan sapaya pelanggan dange semakin banyak dan berkembang, sehingga di masa yang akan dating dapat menggunakan teknologi dalam pembuatan dan pengemasan kue dange tersebut.



BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A.      KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah kue dange yaitu :
1.         Proses pembuatan kue dange yaitu dengan cara potong gula merah kecil-kecil, campuran gula merah, kelapa parut dengan tepung ketang sampai merata, kemudian panaskan dapony setelah panas maka adonan di masukkan di daponya kemudian di kasih lagi gula merah yang telah di potong setelah itu di diamkan di atas daung pisang kurang lebih 10 menit.
2.         Biaya produksi dalam pembuatan kue dange tiap bulannya sebesar    Rp. 3.850.000, dengan harga tiap biji mulai dari  2 biji dengan harga Rp. 250.000 yang 5 biji seharga Rp.6000, dan yang 1 dos dengan isi 8 biji seharga Rp. 10.000, sehingga penerimaan yang didapatkan dari hasil produksi kue dange  yaitu dengan penerimaan perhari dan perbulan.
3.         Strategi pemasaran dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui promosi langsung dan ikut serta di pameran-pameran untuk memperkenalkan produk ini. Usaha ini pula melakukan sistem pembayaran secara bersamaan dengan cash (bayar langsung).

B.       SARAN
Sebaiknya masyarakat harus lebih mampu mengembangkan jiwa kepekaan dan inovatifnya dalam melihat potensi di daerahnya sehingga pada akhirnya mampu mendirikan home industri ataupun gagasan yang mengenai pengembangan potensi yang lainnya. Saran ditujukan kepada masyarakat


  UNTUK FILE LENGKAPNYA SILAHKAN DI DOWNLOAD DI SINI

No comments:

Post a Comment