LAPORAN PRAKTEK
MANAJEMEN AGRIBISNIS
“USAHA KUE DANGE”
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau
dan berpuluh-puluh propinsi Setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri yang
membedakannya dengan daerah lain. Ciri khas tersebut ada pula pada jenis
makanan dan minuman khas suatu daerah tertentu. Salah satunya pada Kecematan
Segeri Kabupaten Pangkep. Kabupaten Pangkep selain terkenal dengan ragam makanan
yang ada yaitu Sop Saudara, Sop Konro, Sop Kikil, Konro bakar, Range ( Dange),
Cucuru Bayao, Gogoso letta, Kaddo Massingkulu, Ondr-onde kaluku, Suraben,
Tabba-tabba, Sambal muttiara, Lawara tala, Ronto na bilokka, Cao, Raca unti,
Langga Peo, Cobe-cobe cela bambang, Gammi-gammi, lawi-lawi pallu kacci, Lalapan
daun jambu mete dll.
Dange adalah
salah satu makanan khas dari kabupaten Pangkep. Sepintas Dange mirip dengan kue
Baroncong, tapi kue Baroncong memiliki tekstur yang lebih halus sedangkan dange
sedikit kasar. Orang yang baru pertama kali mencoba Dange seperti saya akan
berasa manis pahit. Tapi jika sudah terbiasa memakannya rasa pahitnya hilang
dan cuma rasa manis saja yang ada dalam kelezatan kue Dange.
Dange yang berasal dari Segeri adalah makan khas
Kabupaten Pangkep. Pangkep merupakan salah satu Kabupaten yang
mayority adalah orang-orang Bugis. Komunitas Pangkep memiliki bagian penting
untuk memperkenalkan kue tradisional Pangkep, misalnya adalah Dange. Dange
merupakan salah satu kue tradisional masyarakat Pangkep atau kita bisa
menyebutnya sebagai kue tradisional Bugis. Masyarakat Pangkep yang terutama
Segeri mulai memperkenalkan Dange kepada masyarakat tentang tahun pertama 2000.
Salah satu orang yang Segeri yang pertama kali menjual Dange adalah "Puang
H. Bora dengan nama toko kecilnya untuk Dange adalah" Sabah ".
Dange
Putih yang dibuat oleh H. Bora dapat menarik minat terhadap masyarakat
untuk mencoba rasa Dange. Selain rasa Dange lezat atau sangat bagus, proses
untuk membuatnya begitu unik juga, karena kita harus menggunakan arang atau
kayu bakar. keberhasilan dari penjualan kue Dange, H. Bora dapat memberikan
motivasi kepada masyarakat Segeri yang lainnya untuk menjual kue Dange. Selain
Dange putih, ada Dange hitam juga. Dange hitam lebih lezat dan lebih tahan lama
dibandingkan Dange putih sehingga dia memilih untuk menjual Dange hitam dengan
menambahkan rasa keju . Dange dapat bertahan tiga hingga empat hari.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini yaitu :
1.
Untuk
mengetahui proses produksi dari kue dange.
2.
Untuk
mengetahui besar biaya produksi, penerimaan, dan penetapan harga dari usaha kue
dange.
3.
Untuk
mengetahui sistem pemasaran dan sistem
pembayaran terhadap usaha kue dange.
C.
Kegunaan
Adapun
kegunaan dari laporan ini yaitu :
1.
Untuk
menambah informasi atau pengetahuan mengenai proses produksi dari kue dange.
2.
Untuk
mengetahui berapa besar biaya produksi, penerimaaan, serta penetepan harga dari
usaha kue dange.
3.
Untuk
mengetahui bagaimana sistem pemasaran serta sistem pembayaran yang diterapkan
dari usaha kue dange.
BAB II. KEADAAN UMUM
USAHA DANGE
A.
Profil Usaha Kue
Dange
Usaha
kue dange terletak di
Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep, Sulawesi-Selatan yang telah memproduksi
produk lokal sejak tahun 2006 silam. Usaha
ini dikelola kelompok usaha Sabah yang diketuai oleh Haji
Bora. Ruang lingkup usaha kue dange adalah industri makanan
instan yang termasuk dalam subsistem agroindustri hilir dimana kelompok
usaha ini mengolah hasil pertanian
kemudian memasarkannya.
B.
Sejarah Usaha Kue Dange
Dange Segeri, Makanan Khas
Pangkep. Pangkep merupakan salah satu kabupaten yang mayority adalah
orang-orang Bugis. Komunitas Pangkep memiliki bagian penting untuk
memperkenalkan kue tradisional Pangkep, misalnya adalah Dange. Dange
merupakan salah satu kue tradisional masyarakat Pangkep atau kita bisa
menyebutnya sebagai kue tradisional Bugis. Masyarakat Pangkep yang terutama
Segeri mulai memperkenalkan Dange kepada masyarakat tentang tahun pertama 2000.
Salah satu orang Segeri yang pertama kali menjual Dange adalah "Puang H.
Bora dengan nama toko kecilnya untuk Dange adalah" Sabah ".
H. Bora menjual Dange putih yang membuat minat terhadap
masyarakat untuk mencoba rasa Dange. Selain rasa Dange lezat atau sangat bagus,
proses untuk membuatnya begitu unik juga, karena kita harus menggunakan arang
atau kayu bakar. keberhasilan dari menjual Dange, H. Bora memberikan motivasi
kepada masyarakat Segeri lain untuk bergabung menjual Dange. Selain Dange
putih, ada Dange hitam juga. Dange hitam lebih lezat dan lebih tahan lama
dibandingkan Dange putih sehingga dia memilih untuk menjual Dange hitam dengan
menambahkan rasa keju . Dange dapat bertahan tiga hingga empat hari.
Pemberontakan
Kahar Muzakkar di Sul-Sel, dange menjadi makanan yang wajib ada untuk bertahan
hidup selama bertahun - tahun di dalam hutan. Salah satu orang segeri yang
pertamakali menjual dange yaitu Puang Haji Bora. H. Bora menjual dange di toko
kecilnya yang bernama "Sabah". Dange putih yang dibuat Haji Bora
sangat digemari oleh warga segeri karena rasanya yang enak dan memiliki aroma
khas yang berasal dari arang dan kayu yang digunakan untuk membuat dange.
Keberhasilan
dange putih yang dibuat Haji Bora dapat memberi memotivasi warga lain untuk
membuat variasi terbaru dari dange, yaitu dange hitam. Adapun kelebihan dange
hitam ini, yaitu, rasanya lebih enak dan tahan lama daripada dange putih. Dari
situlah dange mulai berkembang dan menjadi makanan khas dari Segeri.
C.
Struktur
Kelompok Usaha Kue Dange
Kelompok
usaha H. Bora yang mengolah tepung beras ketang
untuk menghasilkan kue dange. Adapun struktur usaha H. Bora sebagai berikut :
|
BAB
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Proses Produksi Kue Dange
Adapun bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan kue dange yaitu gula merah, kelapa parut, ketan hitam (untuk dange
hitam) ketan putih (untuk dange putih). Sedangkan alat yang digunakan yaitu daun
pisang, arang/kayu bakar, sendok, pisau, sarung tangan, dapo (alat pembakar
dari tanah liat), dan cetakan dange (a'dangeng).
Pada dasarnya proses pembuatan kue
dange sangat mudah tapi harus hati-hati
karena percetakan kue dange panas sehingga harus memeaki sarung tangan, berikut cara pembuatan kue dange
yaitu:
1.
Iris
tipis gula merah menggunakan pisau
2.
Campur
gula merah dengan tepung ketan hitam (untuk kue dange hitam), ketan putih (untuk
kue dange putih)
3.
Masukkan
kelapa parut ke dalam adonan
4.
Panaskan
cetakan dange
5.
Masukkan
adonan dange ke dalam cetakan dange. (hati -hati, cetakannya panas jadi pakai
sarung tangan)
6.
Tutup
cetakan dengan daun pisang kemudian balikkan.
7.
Tunggu
sampai dange-nya matang.
8.
Setelah
matang, dange siap dinikmati
9.
Campur adonan sampai rata
10. Kemudian panaskan pencetakan Dange (a'dangeng)
11. Lalu taruh
adonan Dange terhadap a'dangeng atau pencetakan Dange. Dan jangan lupa untuk
hati-hati karena pencetakan dange panas sehingga harus menggunakan kos tangan.
12. Setelah itu
tutup atasnya dengan daun pisang, kemudian terbalik itu posisinya.
13. Tunggu sampai
adonan dange yang kecoklatan (matang).
14. Kemudian di
keluarkan dari daponya dengan menggunakan pisau
15. Siap di kemas kemudian di jual di tempat
B.
Biaya Produksi, Penerimaan dan Penetapan Harga dari Kue
Dange
1.
Biaya produksi dari Kue Dange
Untuk usaha kue dange ini, membutuhkan
beberapa bahan baku seperti gula merah,
kelapa parut, tepung ketan hitam (untuk dange hitam) tepung ketan putih (untuk
dange putih). Dan alat-alat yang digunakan
dalam proses pembuatan kue dange ini sangat sederhana seperti daun pisang,
pisau, dapo yang terbuat dari tanah liat. Dalam per bulannya usaha kue dange
ini dapat memproduksi rata-rata sekitar 900 – 1.500 biji. Adapun tabel biaya
produksi kue dange perbulan sebagai berikut :
Tabel 1 :
Rata-rata Biaya Produksi Perbulan kue dange
No.
|
Faktor Produksi
|
Jumlah
|
Harga
|
1.
|
Bahan
Baku :
a. Gula Merah (Rp. 15.000/Kg)
b. Kelapa parut (Rp. 5.000/Butir)
c. Tepung ketan (12.000/ Kg)
d. Arang/kayu bakar (2.000/Kg)
|
90
Kg
120
Kg
50
Kg
200
Kg
|
Rp 1.350.000
Rp. 600.000
Rp. 600.000
Rp. 400.00
|
2.
|
Kemasan
(Rp.1.000/Dos)
|
900
Dos
|
Rp.
900.000
|
Total Biaya
|
Rp. 3.850.000
|
Sumber: data primer setelah
diolah, 2014
Dari
table diatas dijelaskan bahwa rata-rata biaya produksi usaha kue dange selama satu
bulan yaitu Rp. 3.850.000 yang terdiri dari biaya bahan baku hingga kemasannya.
2.
Penetapan Harga dari Kue Dange
Harga
jual yang diterapkan dalam usaha kue dange ini sedikit lebih sederhana
dibanding sejumlah produk serupa dari perusahaan lain. Hal ini dikarenakan
produk kue dange ini memiliki keunikan tersendiri dalam hal rasa dan dalam segi
kesehatan sangat. Berdasarkan hasil wawancara, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 2 : Rata-rata Produksi dan Penerimaan Kue
Dange Perbulan :
No.
|
Bentuk
Kemasan
|
Penetapan
Harga (Rp)
|
Produksi/
Bulan
|
Penerimaan
|
1.
|
2 biji
|
Rp. 2.500
|
100
biji
|
250.000
|
2.
|
5 biji
|
Rp .6000
|
150
biji
|
900.000
|
3.
|
8 biji (1 Dos)
|
Rp. 10.000
|
900
dos
|
9.000.000
|
Total
|
-
|
1050
biji
|
10.150.000
|
Sumber: data primer setelah diolah, 2014
Dari
table diatas dijelaskan bahwa rata-rata produksi usaha kue dange ini sebnyak
1.050 biji perbulan dengan total penerimaan sebanyak Rp. 10.150.000 dalam satu
bulan.
3.
Penerimaan yang Didapatkan dari Kue Dange
Hasil
dari kue dange ini dapat dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari
tanggapan dan antusiasme masyarakat terhadap munculnya produk kue dange tersebut.
Masyarakat sebagian besar menyatakan sangat menyukai kue dange karena makanan
khas Kabupaten Pangkep, tidak hanya dari segi kepraktisannya namun juga dari
segi rasa yang tidak kalah dibanding dengan makanan lainnya yang telah lama
berkembang di Masyarakat.
Untuk
penerimaan yang didapatkan dari usaha kue dange ini dengan penerimaan perhari
dan perbulan. Penerimaan perhari didapatkan pada saat pelanggan yang datang
langsung ketempat produksinya. Sedangkan penerimaan perbulan didapatkan dari penjualan di warung makan
dange 99. Terkadang penjualan di beberapa tempat ini normal, tinggi, dan bahkan
sangat minim. Sehingaa Rata-rata pendapatan atau keuntungan tiap bulannya yaitu
minimalnya Rp. 10.000.000 dan maksimal Rp.15.000.000, ini di karenakan apabila
rata-rata yang laku perhari 30-70 Dos dan ada yang terjual di tempat dimana
yang di jual per biji tidak menggunakan dos.
C.
Sistem Pemasaran dan Sistem Pembayaran dari Kue
Dange
1.
Sistem Pemasaran dari Kue Dange
Strategi
pemasaran dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui promosi langsung dan
ikut serta di pameran-pameran untuk memperkenalkan
produk ini. Pemasaran melalui promosi langsung dilakukan di warung sabah
dengan konsumen langsung. Pemasaran dapat dilakukan di pasar karena produk kue
dange ini makanan khas kabupaten pangkep sehingga diminati oleh warga pangkep
karena harganya sedikit murah.
2.
Sistem Pembayaran dari Kue Dange
Adapun sistem pembayaran yang
diterapkan pada usaha kue dange ini yaitu menggunakan sistem pembayaran
langsung (cash) bersama sehingga dihari itu pula transaksi dilakukan sesuai
dengan jumlah yang beli kue dan pembayaran sesuai dengan permintaan (tidak
menerima utang), karena uang selalu di putar-putar untuk pembelian bahan-bahan
kue yang akan di buat untuk hari berikutnya.
3. Rencana Pengembangan Usaha Dange
Tujuan pertama suatu
perusahaan mengembangkan usaha dange untuk kepastian mendapatkan pertumbuhan
penjualan dan penghasilan di masa yang
akan datang. Akibat dari kemajuan teknologi, perubahan kebutuhan dan pilihan
pelanggan dan persaingan global yang semakin tajam, maka terjadi kecenderungan
bahwa umur produk semakin pendek. Oleh karena itu mengalirnya produk baru ke
pasar serta mengembangkan usaha dange termasuk ke luar Kabupaten agar usaha
dange tersebut bias semakin di kenal sehingga peminatnya banyak.
Apabila usaha dange
sudah berkembang maka usaha tersebut akan menerima pesanan sapaya pelanggan
dange semakin banyak dan berkembang, sehingga di masa yang akan dating dapat
menggunakan teknologi dalam pembuatan dan pengemasan kue dange tersebut.
A.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari makalah kue dange
yaitu :
1.
Proses
pembuatan kue dange yaitu dengan cara potong gula merah kecil-kecil, campuran gula merah, kelapa
parut dengan tepung ketang sampai merata, kemudian panaskan dapony setelah
panas maka adonan di masukkan di daponya kemudian di kasih lagi gula merah yang
telah di potong setelah itu di diamkan di atas daung pisang kurang lebih 10
menit.
2.
Biaya
produksi dalam pembuatan kue dange tiap bulannya sebesar Rp. 3.850.000, dengan harga tiap biji mulai
dari 2 biji dengan harga Rp. 250.000
yang 5 biji seharga Rp.6000, dan yang 1 dos dengan isi 8 biji seharga Rp. 10.000,
sehingga penerimaan yang didapatkan dari hasil produksi kue dange yaitu dengan penerimaan perhari dan perbulan.
3.
Strategi
pemasaran dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui promosi langsung dan
ikut serta di pameran-pameran untuk memperkenalkan
produk ini. Usaha ini pula melakukan sistem pembayaran secara bersamaan dengan
cash (bayar langsung).
B.
SARAN
Sebaiknya masyarakat harus lebih
mampu mengembangkan jiwa kepekaan dan inovatifnya dalam melihat potensi di daerahnya
sehingga pada akhirnya mampu mendirikan home industri ataupun gagasan yang mengenai
pengembangan potensi yang lainnya. Saran ditujukan kepada masyarakat
UNTUK FILE LENGKAPNYA SILAHKAN DI DOWNLOAD DI SINI
No comments:
Post a Comment