LAPORAN PRAKTIK LAPANG
MATA KULIAH
EKONOMI
SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Kegemaran
mengkonsumsi makanan dan minuman coklat pada era modern tidak lagi di dominasi
oleh kalangan tertentu, tetapi sudah menjadi hal yang umum di konsumsi oleh
segala lapisan masyarakat, khususnya anak-anak dan kaum muda. Hal ini
menunjukkan adanya perkembangan yang menggembirakan terhadap prospek pasar
makanan dan minuman coklat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi salah
satu faktor pendorong berubahnya pola konsumsi masyarakat terhadap makanan dan
minuman coklat tersebut. Masyarakat umumnya telah mengetahui bahwa makanan
coklat mengandung bahan gizi tinggi yang kaya akan protein, lemak, dan
unsur-unsur penting yang dibutuhkan manusia seperti vitamin dan mineral. Bila
dibandingkan dengan harga bahan makanan lainnya, harga makanan dan minuman coklat
masih relative lebih mahal. Namun hal ini sepertinya tidak menjadi halangan
bagi masyarakat untuk membatasi kegemarannya mengkonsumsi coklat sesuai dengan
kebutuhannya. Hal yang menarik dari coklat sebagai bahan makanan dan minuman
adalah teksturnya yang unik, yakni coklat mudah meleleh dan mencair pada suhu
permukaan lidah
Berbagai
produk makanan dan minuman coklat yang sudah familiar di kalangan masyarakat
antara lain permen coklat, bubuk coklat, dan lemak coklat yang merupakan produk
setengah jadi.produk permen coklat merupakan produk makanan yang paling dikenal
masyarakat dan dikonsumsi sebagai makanan ringan serta memiliki ragam yang
luas, mulai dari permen yang berbahan baku utama coklat hingga permen yang
hanya permukaannya saja yang dilapisi coklat. Produk bubuk coklat adalah bahan
dasar dalam proses pembuatan kue atau hanya sebagai bahan olesan roti atau kue
tart. Sementara itu, kegunaan produk lemak coklat lebih umum digunakan pada
bidang farmasi (obat-obatan) dan industri kosmetika, antara lain untuk
pembuatan lipstik, penghalus, dan pelindung kulit.
Berkembangnya teknologi makanan dan minuman yang sangat pesat turut
mendukung perkembangannya produk-produk coklat yang dihasilkan. Dengan
demikian, seiring dengan perkembangan teknologi makanan dan minuman peningkatan
kualitas hidup petani kakao juga meningkat. Disamping peningkatan produksi yang
tinggi dengan kualitas kakao terbaik akan menghasilkan coklat terbaik. Oleh
karena itu dalam upaya peningkatan produktivitas kakao nasional, salah satu
prograng yang harus dilakukan adalah melakukan peremajaaan terhadap tanaman
kakao tua maupun yang tidak produktif, yakni dengan memakai bahan tanam unggul.
Tidak dapat
dipungkiri bahwa sebagian petani kakao masih kurang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk menerapkan cara-cara pengelolaan kebun yang
baik. Penerapan good agriculture
practices (GAP) di tingkat petani masih sangat rendah. Dalam menanam kakao
sumberdaya alam meruapakan salah satu hal yang penting untuk di perhatikan
karna kesalahan dalam memilih lahan dan lingkungan sekitarnya akan membawa
dampak yang sangat luas terhadap keberhasilan budi daya kakao. Ketepatan dalam
memilih lahan berarti telah memetik 40% keberhasilan menanam kakao. Oleh karna
itu sebelum menanam kakao, alangkah baiknya bila terlebih dahulu melakukan
evaluasi terhadap lahan yang akan digunakan.
Kegiatan
persiapan lahan dan konservasi lahan merupakan praktik tak terpisahkan dari
keberhasilan budi daya kakao, mengigat kebutuhan lingkungan tumbuh yang sesuai
untuk jenis komuditas ini meliputi wilayah daratan hingga bergelombang yang
memiliki cirri lingkungan fisik yang relative beragam. Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan tinggi tempat dan kemiringan lahan yang berpotensi besar
mengalami kerusakan akibat erosi. Kegiatan konservasi tanah sangat diperlukan
dalam budidaya tanaman kakao karna curah hujan ndak semuanya bias masuk kedalam
tanah, sebaliknya sebagian mengalir di atas permukaan tanah dan dapat
menyebabkan erosi. Pada pertanaman dengan tajuk
yang rapat dan tumbuhan penutup tanah, erosi yang terjadi relatif kecil karna
pukulan curah hujan tertahan oleh tajuk tanaman tumbuhan penutup tanah sehingga
agregat tanah permukaan tidak hancur dan terangkut oleh aliran permukaan
(T.Wahyudi, 2008).
1.2.Tujuan Praktik
Lapang
Adapun tujuan praktik lapang ini yaitu :
1.
Untuk
mengidentifikasi usaha tani kakao.
2.
Untuk
menganalisis keuntungan usahatani kakao
3.
Untuk
menganalisis nilai ekonomi sumberdaya tanaman kakao
1.3.Kegunaan Praktik
Lapang
Kegunaan praktik lapang yaitu memahami dalam
menerapkan segala teori yang telah di terima selama perkuliahan.
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Konsep Sumberdaya
Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan
lain-lain
merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia
Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Tanpa udara dan air misalnya, manusia tidak dapat hidup. Demikian
pula sumber daya
alam
yang lain seperti hutan, ikan dan lainnya merupakan sumber daya yang tidak saja mencukupi kebutuhan hidup
manusia, namun juga memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang
baik akan meningkatkan
kesejahteraan umat manusia, dan
sebaliknya
pengelolaan
sumber daya alam
yang tidak
baik akan berdampak buruk. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumber daya alam
adalah
bagaimana
mengelola
sumber
daya
alam tersebut agar
menghasilkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian
sumber daya alam itu sendiri (Fauzi,
2004).
Pengertian sumber daya sendiri dalam ilmu ekonomi sudah dikenal sejak beberapa
abad lalu. Ketika Adam Smith, bapak
ekonomi menerbitkan
buku “Wealth of Nation”-nya pada tahun 1776, konsep sumber daya sudah
digunakan
dalam kaitannya dengan proses produksi. Dalam pandangan Adam Smith, sumberdaya diartikan sebagai seluruh
faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan output.
2.2. Sumberdaya Lahan
Sumberdaya
lahan merupakan sumberdaya
alam yang sangat
penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam
setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan
untuk
transportasi, daerah rekreasi atau
daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya
untuk tujuan ilmiah. Sitorus (2001) mendefinsikan sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim,
relief,
tanah,
air dan vegetasi
serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya
terhadap penggunaan
lahan. Oleh karena
itu sumberdaya lahan dapat dikatakan
sebagai
ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya (Mather, 1986).
Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang
terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang
semakin tinggi,
pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia
semakin bergantung pada
sumberdaya
lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan
intensitas pencemaran
yang berat dan
kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian, secara keseluruhan aktifitas
kehidupan
cenderung menuju sistem pemanfaatan
sumberdaya
alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Di lain pihak, permintaan akan sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita (Rustiadi, 2001).
2.3. Aspek
ekonomi Sumberdaya Lahan
Lahan memiliki nilai ekonomi dan nilai pasar yang
berbeda-beda. Lahan di perkotaan yang digunakan untuk kegiatan industri dan
perdagangan memiliki nilai pasar yang tertinggi karena di tempat tersebut
terletak tempat tinggal dan sumber penghidupan manusia yang paling efisien dan
memberikan nilai produksi yang tertinggi. Para pemilik sumberdaya lahan
cenderung menggunakan lahan untuk tujuan-tujuan yang memberikan harapan untuk
diperolehnya penghasilan yang tertinggi. Mereka akan menggunakan lahannya
sesuai dengan konsep penggunaan yang tertinggi dan terbaik. Konsep ini
memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi kemampuan lahan, seperti
aksebilitas serta kualitas sumberdaya lahan dan lingkungan. Penggunaan yang
terbaik dan tertinggi biasanya untuk daerah industri dan perdagangan, menyusul
untuk daerah permukiman, kemudian untuk daerah pertanian, dan yang terakhir
untuk ladang penggembalaan dan daerah liar yang tidak ditanami (Suparmoko,
1989).
Menurut Hardjowigeno dalam Akib (2002), lahan paling
sedikit mempunyai tiga jenis nilai dalam ekonomi lahan, yaitu :
1. Ricardian
Rent, nilai lahan yang berkaitan dengan sifat dan kualitas
tanah
2. Locational
Rent, nilai lahan sehubungan
dengan sifat lokasi relatif dari lahan
3. Environmental Rent, sifat tanah sebagai komponen utama
ekosistem
Menurut Barlowe (1978) nilai ekonomi lahan dapat
dibedakan menjadi
dua yaitu :
1.
Sewa Lahan (contract
rent) sebagai pembayaran dari penyewa kepada pemilik dimana pemilik
melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu.
2.
Keuntungan
usaha (economic rent atau land rent) yang merupakan surplus
pendapatan di atas biaya produksi atau harga input lahan yang memungkinkan
faktor produksi lahan dapat dimanfaatkan dalam proses produksi.
Lahan yang lokasinya dekat pasar oleh masyarakat
digunakan untuk daerah pusat kegiatan ekonomi yang akan memberikan pendapatan
dan kapasitas sewa yang tinggi untuk berbagai alternatif penggunaan, seperti
untuk industry industri
atau kegiatan lain yang lebih menguntungkan. Bila mekanisme pasar terus
berlangsung, maka penggunaan lahan yang mempunyai land rent yang lebih
besar relatif mudah menduduki lokasi utama dan menekan serta menggantikan
posisi penggunaan lahan yang mempunyai land rent yang lebih kecil.
Secara umum besaran land rent dari berbagai kegiatan dapat diurutkan
sebagai berikut : Industri > Perdagangan > Permukiman > Pertanian
Intensif > Pertanian Ekstensif (Barlowe, 1978). Hal ini dapat disimpulkan
bahwa sektor-sektor yang komersial dan strategis mempunyai land rent yang
tinggi.
Menurut Mubyarto (1985), faktor-faktor yang
mempengaruhi land rent adalah :
1.
Perbedaan
kesuburan tanah
2.
Perbedaan
jarak dari pasar
3.
Perbedaan
biaya produksi
4.
Perbedaan
lahan yang terbatas (scarsity of land)
sehubungan dengan kondisi lingkungan lahan
tersebut.
Adanya kelangkaan sumberdaya lahan menyebabkan lahan
memiliki nilai yang semakin tinggi. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan konsep
sewa ekonomi lahan (land rent) yang merupakan konsep penting dalam teori
ekonomi sumberdaya lahan.
2.4.
Konservasi Sumberdaya Lahan
Konservasi tanah atau lahan diartikan sebagai
penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi air pada
prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah seefisien mungkin, dan
pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat
cukup air pada waktu musim kemarau. Persoalan konservasi tanah dan air adalah
kompleks dan memerlukan kerjasama yang erat antara berbagai disiplin ilmu
pengetahuan seperti ilmu tanah, biologi, hidrologi, dan sebagainya
(Dinata AEP, 2002)
BAB III. METODE PRAKTIK LAPANG
3.1. Lokasi Praktik Lapang
Lokasi praktik lapang ini dilaksanakan Berlangsung pada
tanggal 27-29 Mei 2016.
3.2.
Metode Pelaksanaan Praktik Lapang
Metode pelaksanaan praktik lapang yang digunakan yaitu
dengan cara berkelompok. Dimana saat asistensi data dilakukan secara individu.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di
pakai ada 2 yaitu primer dan sekunder di mana metode pengumpulan data
primer yaitu dengan langsung kelapangan dan mewawancarai petani kakao dengan
pedoman kuesioner yang telah dibagikan oleh dosen sedangkan pengumpulan data
skunder dengan mengambil data dari kantor desa.
3.4. Metode Analisis data
Metode analisis praktik
lapang yang di pakai adalah analisis
Deskriptif dan analisis Nilai Ekonomi Lahan ( Land Rent ).
1. Analisis Deskriktif
Metode praktik
lapang mata kuliah ilmu usahatani dianalisa secara deskriktif untuk mendapatkan kesimpulan yang logis serta
menganalisa semua penggunaan input /sarana produki yang dipergunakan petani
dalam usahataninya sehingga mendapatkan pendapatan
bersih dan nilai ekonomi lahan.
2. Analisis Nilai Ekonomi
Lahan ( Land Rent )
LR = Y ( P - t . x - TC/Y )
|
Dimana LR = Nilai
Ekonomi Lahan
Y = Jumlah Produksi/Ha
P = Harga Produksi/Kg
t = Biaya Transpor Rp/Kg/Km
x = Jarak Lokasi Lahan
ke Pasar
BAB IV. POTENSI WILAYAH LOKASI PRAKTIK LAPANG
4.1. Sumberdaya Alam
a.
Penggunahan Lahan
Potensi
sumber daya alam di Desa Banato Rejo meliputi Sumberdaya alam non hayati yaitu
: air, lahan dan udara, sedangkan sumberdaya alam hayati yaitu perkebunan,
flora dan fauna. Khususnya tata guna
dan intesifikasi lahan yang ada di Desa Banato Rejo sbb :
a.
Permukiman seluas : + 70 Ha
b.
Perkebunan seluas : + 85 Ha
c.
Persawahan seluas : + 60 Ha
d.
Perkantoran/Fasilitas Umum : + 5 Ha
e.
Sumber Galian : + 20 Ha
f.
Perpipaan : + 6 Km
g.
Mata Air : + 2 Buah
Sumberdaya
air di Desa Banato Rejo terdiri dari air tanah (akifer) termasuk mata air dan
air permukaan. Berdasarkan atas besaran curah hujan
pertahun, hujan lebih dan evapotranspirasi tahunan yang akan berpengaruh
terhadap air meteorologis sesuai dengan gradasi sebaran curah hujan.
b.
Potensi Pertanian
Pertanian di desa Banato Rejo ini umumnya menanam komoditi padi dan Kakao. Padi
dan kakao adalah komuditi andalan karna kedua komoditi ini sangat cocok untuk
iklim di desa tersebut.
4.2. Sumberdaya Manusia
a.
Penduduk Berdasarkan Kelompok
Umur
Penduduk
berdasarkan umur yang ada di desa Banato Rejo adalah sebagai berikut :
Menurut Umur :
-
Umur 7-15 Thn : 235 Orang
-
Umur 15-45 Thn : 1323 Orang
-
Umur 45 Thn ke atas : 242 Orang
b.
Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Desa
Banato Rejo merupakan desa yang sebagian besar penduduknya masih bergantung
dari hasil pertanian/perkebunan dan peternakan (ternak Sapi), disamping itu ada
juga yang bergelut dengan industri rumah tangga seperti pembuatan batu merah,
pembuatan makanan khas daerah, dan sebahagian sebagai wiraswasta yang bergerak
dibidang Jasa Angkutan, Pedagang, Tukang kayu dan Tukang batu serta Pegawai
Negeri Sipil, dan selebihnya adalah sebagai buruh kasar disegala bidang. Sebahagian masyarakat masih tergolong
masyarakat miskin ditandai dengan kehidupan yang masih seadanya dan kebanyakan
menggunakan Jamkesmas dalam pelayanan kesehatan serta surat keterangan miskin
untuk mendapatkan rekomendasi pembebasan dari biaya di Rumah Sakit atau untuk
pendidikan anaknya. Proporsi mata pencaharian masyarakat Desa Banato Rejo
Sebagai Berikut :
1
|
Petani
|
:
|
252
|
Orang
|
2
|
Buruh Tani dan Buruh Bangunan
|
:
|
156
|
Orang
|
3
|
Buruh harian lepas
|
:
|
140
|
Orang
|
4
|
Pedagang
|
:
|
107
|
Orang
|
5
|
Wiraswasta
|
:
|
98
|
Orang
|
6
|
PNS/TNI/POLRI/Pensiunan
|
:
|
33
|
Orang
|
7
|
Jasa Angkutan
|
:
|
134
|
Orang
|
8
|
Peternak
|
:
|
120
|
Orang
|
9
|
Tukang Bangunan
|
:
|
160
|
Orang
|
10
|
Belum Bekerja
|
:
|
600
|
Orang
|
c.
Penduduk Berdasarkan
Pendidikan
Penduduk
menurut strata pendidikan :
1)
Sarjana
(S1,S2,S3) : 10 Orang
2)
Diploma
(D1,D2,D3) : 23 Orang
3)
SLTA /
Sederajat : 100 Orang
4)
SMP /
Sederajat : 150 Orang
5)
SD / Sederajat : 345 Orang
4.3. Sumberdaya Teknologi
a.
Sarana Transportasi
1)
Jalan
Kecamatan : Rabat Beton (50%)
2)
Jalan Desa : Rabat Beton (10%)
3)
Jalan Dusun : Pengerasan
b.
Sarana Pemasaran
Di desa Banato Rejo tidak mempunyai sarana pemasaran akan tetapi pedagang
yang ada di desa tersebut menjual hasil pertaniannya di desa sebelah yang
mempunyai pasar yang besar ada juga yang mengirimnya langsung ke Makassar untuk
di jual di sana.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
PRAKTIK LAPANG
5.1. Identitas Responden
Tabel 1. Identitas Responden
di Desa Banato Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi
Barat, 2016.
Nama Responden
|
Umur (Tahun)
|
Pendidikan
|
Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa)
|
Pengalaman Usahatani (Tahun)
|
Abdul Kadir SP, M.Si
|
48
|
S2
|
4
|
25
|
La Cawi
|
80
|
SR
|
1
|
45
|
Ya Kuba
|
85
|
SD
|
3
|
70
|
Suardi
|
45
|
SMA
|
6
|
5
|
Menli
|
55
|
-
|
3
|
15
|
Husein
|
45
|
SMP
|
4
|
10
|
Rata-rata
|
59
|
-
|
3
|
28
|
Sumber: data
primer setelah diolah, 2016
Dari tabel 1 di jelaskan bahwa rata-rata
umur responden komoditi kakao iyalah 59 tahun serta pengalaman berusaha taninya
28 tahun dengan tanggungan keluarga rata-rata 3 orang dan hamper semua
responden memiliki latar belakang pendidikan formal.
5.2. Deskripsi Usahatani
a. Penggunaan Lahan
Tabel 2. Penggunaan
Lahan di Desa Banato
Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi Barat, 2016.
Nama Responden
|
Luas Lahan (Ha)
|
Jumlah Produksi (Kg)
|
Harga Jual (Rp/Kg)
|
Penerimaan (Rp)
|
Abdul Kadir SP, M.Si
|
1
|
2.000
|
38.000
|
76.000.000
|
La Cawi
|
1,2
|
1.800
|
25.000
|
45.000.000
|
Ya Kuba
|
1
|
1.000
|
25.000
|
25.000.000
|
Suardi
|
0,5
|
100
|
25.000
|
2.500.000
|
Menli
|
0,2
|
50
|
25.000
|
1.250.000
|
Husein
|
1
|
2.000
|
30.000
|
60.000.000
|
Rata-rata
|
1
|
2.600
|
28.000
|
25.958.333
|
Sumber: data
primer setelah diolah, 2016
Dari
tabel 2 di jelaskan bahwa rata-rata
lahan yang di kelolah oleh responden adalah seluas 1 Ha dengan penerimaan
rata-rata Rp. 25.958.333.
b. Pemasaran
Tabel 3. Pemasaran
di Desa Banato Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi
Barat, 2016.
Nama Responden
|
Tempat Pemasaran
|
Jarak ke Pasar (Km)
|
Abdul Kadir SP, M.Si
|
Pedagang
Besar
|
2
|
La Cawi
|
Pedagang
Besar
|
2
|
Ya Kuba
|
Pedagang
Besar
|
0,25
|
Suardi
|
Pedagang
Besar
|
0,3
|
Menli
|
Pedagang
Pengumpul
|
-
|
Husein
|
Pedagang
Besar
|
2
|
Rata-rata
|
Pedagang Besar
|
2
|
Sumber: data
primer setelah diolah, 2016
Dari
tabel 3 di jelaskan bahwa rata-rata
tempat pemasaran responden adalah pedagang besar dengan jarak rata-rata 2 Km
kecuali pak Menli tidak mengantar hasil produksinya ke pedangan di karnakan
pedagang pengumpul yang langsung datang mengambilnya tidak seperti yang lain
yang mengantar hasil produksinya langsung ke pedagang besar.
5.3. Aspek Ekonomi Lahan
a. Analisis Usahatani
Tabel 4. Analisis
Usahatani Responden di Desa Banato Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi
Barat, 2016.
Nama Responden
|
Biaya Produksi (Rp)
|
Penerimaan (Rp)
|
Pendapatan Bersih (Rp)
|
|
FC
|
VC
|
|||
Abdul Kadir SP, M.Si
|
74.833
|
8.700.000
|
76.000.000
|
67.225.167
|
La Cawi
|
79.333
|
8.695.000
|
45.000.000
|
36.225.667
|
Ya Kuba
|
63.171
|
4.410.000
|
25.000.000
|
20.526.829
|
Suardi
|
61.571
|
2.185.000
|
2.400.000
|
153.429
|
Menli
|
75.000
|
5.050.000
|
36.000.000
|
30.875.000
|
Husein
|
34.000
|
5.530.000
|
60.000.000
|
54.436.000
|
Rata-rata
|
64.651
|
5.761.666
|
25.958.333
|
26.741.615
|
Sumber: data
primer setelah diolah, 2016
Dari tabel 4 di jelaskan bahwa rata-rata biaya tetap responden Rp. 64.651 dan biaya
variable Rp. 5.761.666 dengan rata-rata pendapatan bersih Rp. 26.741.615.
Dimana rata-rata pendapatan bersih untuk kakao selama setahun adalah Rp.
1.536.100 / Ha (Wijayanti VR, 2010).
b. Analisis Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent)
Tabel 5. Analisis
Nilai Ekonomi Lahan di Desa Banato Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi
Barat, 2016.
Nama Responden
|
Nilai Ekonomi Lahan ( Land Rent ) (Rp/Ha)
|
Abdul Kadir SP, M.Si
|
66.225.160
|
La Cawi
|
35.325.666
|
Ya Kuba
|
20.062.870
|
Suardi
|
245.929
|
Menli
|
33.874.995
|
Husein
|
53.390.000
|
Rata-rata
|
26.845.603
|
Sumber: data
primer setelah diolah, 2016
Dari tabel 5 di jelaskan bahwa nilai ekonomi lahan responden rata-rata Rp.
26.845.603 /Ha artinya sanagat baik kecuali pak suardi yang hanya Rp. 245.929
/Ha dikarenakan tanaman kakaonya yang sudah tidak produktif lagi. Dimana
rata-rata nilai ekonomi suatu lahan pertanian Rp. 100.911/Ha (Pambudi A, 2008).
5.4. Konservasi
Sumberdaya Lahan
a.
Kegiatan
Konservasi yang Dilakukan
Tabel 6.
Kegiatan Konservasi Responden
di
Desa Banato Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi
Barat, 2016.
No
|
Nama Responden
|
Jenis Kegiatan Konservasi
|
|
Secara Vegetatif
|
Secara Mekanik
|
||
1.
|
Abdul Kadir SP, M.Si
|
-
|
Membuat
drainase pada lahan yang di Tanami Kakao
|
2.
|
La Cawi
|
Bekas hasil
pemangkasan dikumpulkan di bawah pohon
|
-
|
3.
|
Ya Kuba
|
-
|
-
|
4.
|
Suardi
|
-
|
-
|
5.
|
Menli
|
Membuat mulsa
|
-
|
6.
|
Husein
|
Membuat mulsa
|
-
|
Sumber: data
primer setelah diolah, 2016
Dari
tabel 5 di jelaskan bahwa masih ada responden yang melakukan kegiatan
konservasi lahan yang di antaranya membuat drainase, mulsa, dan lainnya.
b.
Tujuan Melakukan
Konservasi
1. Membuat drainase dengan tujuan mencegah tergenangnya
air
2. Bekas hasil di pemangkasan dikumpulkan di bawah pohon
untuk mencegah tanahnya terkikis dan menjaga tanahnya supaya tetap lembab
3. Mulsa mencegah tumbuhnya gulma
4. Mulsa mencegah penguapan dari tanah
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Nilai ekonomi lahan pada produksi
tanaman komoditi kakao tinggi dikarenakan total biaya yang digunakan relative
tinggi serta menggunakan beberapa kegiatan konservasi . Dilihat dari data yang
diambil pada praktik lapang para responden telah melakukan beberapa macam
kegiatan konservasi seperti mulsa dan lainnya ini artinya pengetahuan tentang
menjaga sumberdaya alamnya tinggi.
6.2.
Saran-saran
Sebaiknya
petani kakao di desa Banato Rejo ini lebih dibimbing lagi dengan memberikan
pembelajaran atau pengenalan dengan kegiatan konservasi yang lebih banyak lagi.
No comments:
Post a Comment