Wednesday, January 11, 2017

Laporan Ekonomi Sumberdaya Alam & Lingkungan



LAPORAN PRAKTIK LAPANG
MATA KULIAH
                          EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN



BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kegemaran mengkonsumsi makanan dan minuman coklat pada era modern tidak lagi di dominasi oleh kalangan tertentu, tetapi sudah menjadi hal yang umum di konsumsi oleh segala lapisan masyarakat, khususnya anak-anak dan kaum muda. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan yang menggembirakan terhadap prospek pasar makanan dan minuman coklat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi salah satu faktor pendorong berubahnya pola konsumsi masyarakat terhadap makanan dan minuman coklat tersebut. Masyarakat umumnya telah mengetahui bahwa makanan coklat mengandung bahan gizi tinggi yang kaya akan protein, lemak, dan unsur-unsur penting yang dibutuhkan manusia seperti vitamin dan mineral. Bila dibandingkan dengan harga bahan makanan lainnya, harga makanan dan minuman coklat masih relative lebih mahal. Namun hal ini sepertinya tidak menjadi halangan bagi masyarakat untuk membatasi kegemarannya mengkonsumsi coklat sesuai dengan kebutuhannya. Hal yang menarik dari coklat sebagai bahan makanan dan minuman adalah teksturnya yang unik, yakni coklat mudah meleleh dan mencair pada suhu permukaan lidah
Berbagai produk makanan dan minuman coklat yang sudah familiar di kalangan masyarakat antara lain permen coklat, bubuk coklat, dan lemak coklat yang merupakan produk setengah jadi.produk permen coklat merupakan produk makanan yang paling dikenal masyarakat dan dikonsumsi sebagai makanan ringan serta memiliki ragam yang luas, mulai dari permen yang berbahan baku utama coklat hingga permen yang hanya permukaannya saja yang dilapisi coklat. Produk bubuk coklat adalah bahan dasar dalam proses pembuatan kue atau hanya sebagai bahan olesan roti atau kue tart. Sementara itu, kegunaan produk lemak coklat lebih umum digunakan pada bidang farmasi (obat-obatan) dan industri kosmetika, antara lain untuk pembuatan lipstik, penghalus, dan pelindung kulit.
Berkembangnya teknologi makanan dan minuman yang sangat pesat turut mendukung perkembangannya produk-produk coklat yang dihasilkan. Dengan demikian, seiring dengan perkembangan teknologi makanan dan minuman peningkatan kualitas hidup petani kakao juga meningkat. Disamping peningkatan produksi yang tinggi dengan kualitas kakao terbaik akan menghasilkan coklat terbaik. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan produktivitas kakao nasional, salah satu prograng yang harus dilakukan adalah melakukan peremajaaan terhadap tanaman kakao tua maupun yang tidak produktif, yakni dengan memakai bahan tanam unggul.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian petani kakao masih kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menerapkan cara-cara pengelolaan kebun yang baik. Penerapan good agriculture practices (GAP) di tingkat petani masih sangat rendah. Dalam menanam kakao sumberdaya alam meruapakan salah satu hal yang penting untuk di perhatikan karna kesalahan dalam memilih lahan dan lingkungan sekitarnya akan membawa dampak yang sangat luas terhadap keberhasilan budi daya kakao. Ketepatan dalam memilih lahan berarti telah memetik 40% keberhasilan menanam kakao. Oleh karna itu sebelum menanam kakao, alangkah baiknya bila terlebih dahulu melakukan evaluasi terhadap lahan yang akan digunakan.
Kegiatan persiapan lahan dan konservasi lahan merupakan praktik tak terpisahkan dari keberhasilan budi daya kakao, mengigat kebutuhan lingkungan tumbuh yang sesuai untuk jenis komuditas ini meliputi wilayah daratan hingga bergelombang yang memiliki cirri lingkungan fisik yang relative beragam. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tinggi tempat dan kemiringan lahan yang berpotensi besar mengalami kerusakan akibat erosi. Kegiatan konservasi tanah sangat diperlukan dalam budidaya tanaman kakao karna curah hujan ndak semuanya bias masuk kedalam tanah, sebaliknya sebagian mengalir di atas permukaan tanah dan dapat menyebabkan erosi. Pada pertanaman dengan tajuk yang rapat dan tumbuhan penutup tanah, erosi yang terjadi relatif kecil karna pukulan curah hujan tertahan oleh tajuk tanaman tumbuhan penutup tanah sehingga agregat tanah permukaan tidak hancur dan terangkut oleh aliran permukaan (T.Wahyudi, 2008).




1.2.Tujuan Praktik Lapang
Adapun tujuan praktik lapang ini yaitu :
1.      Untuk mengidentifikasi usaha tani kakao.
2.      Untuk menganalisis keuntungan usahatani kakao
3.      Untuk menganalisis nilai ekonomi sumberdaya tanaman kakao

1.3.Kegunaan Praktik Lapang
Kegunaan praktik lapang yaitu memahami dalam menerapkan segala teori yang telah di terima selama perkuliahan.



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Sumberdaya
Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Tanpa udara dan air misalnya, manusia tidak dapat hidup. Demikian pula sumber daya alam yang lain seperti hutan, ikan dan lainnya merupakan sumber daya yang tidak saja  mencukupi  kebutuhan  hidup  manusia,  namun  juga  memberikan  kontribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang  baik  akan  meningkatkan  kesejahteraan  umat  manusia,  dan  sebaliknya pengelolaan  sumber  daya  alam  yang  tidak  baik  akan  berdampak  buruk.  Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumber daya alam adalah  bagaimana  mengelola  sumber  daya  alam  tersebut  agar  menghasilkan manfaat   yang   sebesar-besarnya   bagi   manusia   dengan   tidak   mengorbankan kelestarian sumber daya alam itu sendiri (Fauzi, 2004).
Pengertian sumber daya sendiri dalam ilmu ekonomi sudah dikenal sejak beberapa  abad  lalu.  Ketika  Adam  Smith,  bapak  ekonomi  menerbitkan  buku Wealth of Nation-nya pada tahun 1776, konsep sumber daya sudah digunakan dalam kaitannya dengan proses produksi. Dalam pandangan Adam Smith, sumberdaya   diartikan   sebagai   seluruh   faktor   produksi   yang   diperlukan   untuk menghasilkan output.
2.2. Sumberdaya Lahan
Sumberdaya  lahan  merupakan  sumberdaya  alam  yang  sangat  penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sitorus (2001) mendefinsikan sumberdaya lahan (land resources)  sebagai  lingkungan  fisik  terdiri  dari  iklim,  relief,  tanah,  air  dan vegetasi  serta benda yang ada di atasnya  sepanjang  ada pengaruhnya  terhadap penggunaan  lahan.  Oleh karena  itu sumberdaya  lahan  dapat dikatakan  sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya (Mather, 1986).
Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi  menjadi  berkurang  dan  manusia  semakin  bergantung  pada  sumberdaya lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran yang   berat   dan   kerusakan   lingkungan   lainnya.   Dengan   demikian,   secara keseluruhan  aktifitas  kehidupan  cenderung  menuju  sistem  pemanfaatan sumberdaya  alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Di lain pihak, permintaan akan sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita (Rustiadi, 2001).
2.3. Aspek ekonomi Sumberdaya Lahan
Lahan memiliki nilai ekonomi dan nilai pasar yang berbeda-beda. Lahan di perkotaan yang digunakan untuk kegiatan industri dan perdagangan memiliki nilai pasar yang tertinggi karena di tempat tersebut terletak tempat tinggal dan sumber penghidupan manusia yang paling efisien dan memberikan nilai produksi yang tertinggi. Para pemilik sumberdaya lahan cenderung menggunakan lahan untuk tujuan-tujuan yang memberikan harapan untuk diperolehnya penghasilan yang tertinggi. Mereka akan menggunakan lahannya sesuai dengan konsep penggunaan yang tertinggi dan terbaik. Konsep ini memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi kemampuan lahan, seperti aksebilitas serta kualitas sumberdaya lahan dan lingkungan. Penggunaan yang terbaik dan tertinggi biasanya untuk daerah industri dan perdagangan, menyusul untuk daerah permukiman, kemudian untuk daerah pertanian, dan yang terakhir untuk ladang penggembalaan dan daerah liar yang tidak ditanami (Suparmoko, 1989).
Menurut Hardjowigeno dalam Akib (2002), lahan paling sedikit mempunyai tiga jenis nilai dalam ekonomi lahan, yaitu :
1.      Ricardian Rent, nilai lahan yang berkaitan dengan sifat dan kualitas tanah
2.      Locational Rent, nilai lahan sehubungan dengan sifat lokasi relatif dari lahan
3.      Environmental Rent, sifat tanah sebagai komponen utama ekosistem
Menurut Barlowe (1978) nilai ekonomi lahan dapat dibedakan menjadi
dua yaitu :
1.      Sewa Lahan (contract rent) sebagai pembayaran dari penyewa kepada pemilik dimana pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu.
2.      Keuntungan usaha (economic rent atau land rent) yang merupakan surplus pendapatan di atas biaya produksi atau harga input lahan yang memungkinkan faktor produksi lahan dapat dimanfaatkan dalam proses produksi.
Lahan yang lokasinya dekat pasar oleh masyarakat digunakan untuk daerah pusat kegiatan ekonomi yang akan memberikan pendapatan dan kapasitas sewa yang tinggi untuk berbagai alternatif penggunaan, seperti untuk industry industri atau kegiatan lain yang lebih menguntungkan. Bila mekanisme pasar terus berlangsung, maka penggunaan lahan yang mempunyai land rent yang lebih besar relatif mudah menduduki lokasi utama dan menekan serta menggantikan posisi penggunaan lahan yang mempunyai land rent yang lebih kecil. Secara umum besaran land rent dari berbagai kegiatan dapat diurutkan sebagai berikut : Industri > Perdagangan > Permukiman > Pertanian Intensif > Pertanian Ekstensif (Barlowe, 1978). Hal ini dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor yang komersial dan strategis mempunyai land rent yang tinggi.
Menurut Mubyarto (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi land rent adalah :
1.      Perbedaan kesuburan tanah
2.      Perbedaan jarak dari pasar
3.      Perbedaan biaya produksi
4.      Perbedaan lahan yang terbatas (scarsity of land) sehubungan dengan kondisi lingkungan lahan tersebut.       
Adanya kelangkaan sumberdaya lahan menyebabkan lahan memiliki nilai yang semakin tinggi. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan konsep sewa ekonomi lahan (land rent) yang merupakan konsep penting dalam teori ekonomi sumberdaya lahan.
2.4. Konservasi Sumberdaya Lahan
Konservasi tanah atau lahan diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah seefisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau. Persoalan konservasi tanah dan air adalah kompleks dan memerlukan kerjasama yang erat antara berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti ilmu tanah, biologi, hidrologi, dan sebagainya (Dinata AEP, 2002)


BAB III. METODE PRAKTIK LAPANG
3.1. Lokasi Praktik Lapang
            Lokasi praktik lapang ini dilaksanakan  Berlangsung pada tanggal 27-29 Mei 2016.
3.2. Metode Pelaksanaan Praktik Lapang
            Metode pelaksanaan praktik lapang yang digunakan yaitu dengan cara berkelompok. Dimana saat asistensi data dilakukan secara individu.
3.3. Metode Pengumpulan Data
     Metode pengumpulan data yang di pakai ada 2 yaitu primer dan sekunder di mana metode pengumpulan data primer yaitu dengan langsung kelapangan dan mewawancarai petani kakao dengan pedoman kuesioner yang telah dibagikan oleh dosen sedangkan pengumpulan data skunder dengan mengambil data dari kantor desa.
3.4. Metode Analisis data
Metode analisis praktik lapang yang di pakai adalah analisis Deskriptif dan analisis Nilai Ekonomi Lahan ( Land Rent ).
1.      Analisis Deskriktif
Metode praktik lapang mata kuliah ilmu usahatani dianalisa secara deskriktif  untuk mendapatkan kesimpulan yang logis serta menganalisa semua penggunaan input /sarana produki yang dipergunakan petani dalam usahataninya sehingga mendapatkan pendapatan bersih dan nilai ekonomi lahan.
2.      Analisis Nilai Ekonomi Lahan ( Land Rent )
LR = Y ( P - t . x - TC/Y )

Untuk menghitung nilai ekonomi lahan di butuhkan rumus :

Dimana LR = Nilai Ekonomi Lahan
Y = Jumlah Produksi/Ha
P = Harga Produksi/Kg
t = Biaya Transpor Rp/Kg/Km
x = Jarak Lokasi Lahan ke Pasar
BAB IV. POTENSI WILAYAH LOKASI PRAKTIK LAPANG
4.1. Sumberdaya Alam
a.       Penggunahan Lahan
            Potensi sumber daya alam di Desa Banato Rejo meliputi Sumberdaya alam non hayati yaitu : air, lahan dan udara, sedangkan sumberdaya alam hayati yaitu perkebunan, flora dan fauna. Khususnya tata guna dan intesifikasi lahan yang ada di Desa Banato Rejo sbb :
a.       Permukiman seluas                                            :    +   70  Ha
b.      Perkebunan seluas                                             :    +   85  Ha
c.       Persawahan seluas                                             :    +   60  Ha
d.      Perkantoran/Fasilitas Umum                             :    +     5  Ha
e.       Sumber Galian                                                   :    +   20  Ha
f.       Perpipaan                                                           :    +     6  Km
g.      Mata Air                                                            :    +     2  Buah
            Sumberdaya air di Desa Banato Rejo terdiri dari air tanah (akifer) termasuk mata air dan air permukaan. Berdasarkan atas besaran curah hujan pertahun, hujan lebih dan evapotranspirasi tahunan yang akan berpengaruh terhadap air meteorologis sesuai dengan gradasi sebaran curah hujan.
b.      Potensi Pertanian
Pertanian di desa Banato Rejo ini umumnya menanam komoditi padi dan Kakao. Padi dan kakao adalah komuditi andalan karna kedua komoditi ini sangat cocok untuk iklim di desa tersebut.
4.2. Sumberdaya Manusia
a.       Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Penduduk berdasarkan umur yang ada di desa Banato Rejo adalah sebagai berikut :
Menurut Umur                                                                :
-          Umur 7-15 Thn                                                          :       235  Orang
-          Umur 15-45 Thn                                                        :     1323  Orang
-          Umur 45 Thn ke atas                                                 :       242  Orang

b.      Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
            Desa Banato Rejo merupakan desa yang sebagian besar penduduknya masih bergantung dari hasil pertanian/perkebunan dan peternakan (ternak Sapi), disamping itu ada juga yang bergelut dengan industri rumah tangga seperti pembuatan batu merah, pembuatan makanan khas daerah, dan sebahagian sebagai wiraswasta yang bergerak dibidang Jasa Angkutan, Pedagang, Tukang kayu dan Tukang batu serta Pegawai Negeri Sipil, dan selebihnya adalah sebagai buruh kasar disegala bidang.  Sebahagian masyarakat masih tergolong masyarakat miskin ditandai dengan kehidupan yang masih seadanya dan kebanyakan menggunakan Jamkesmas dalam pelayanan kesehatan serta surat keterangan miskin untuk mendapatkan rekomendasi pembebasan dari biaya di Rumah Sakit atau untuk pendidikan anaknya. Proporsi mata pencaharian masyarakat Desa Banato Rejo Sebagai Berikut :
1
Petani
:
252
Orang
2
Buruh Tani dan Buruh Bangunan
:
156
Orang
3
Buruh harian lepas
:
140
Orang
4
Pedagang
:
107
Orang
5
Wiraswasta
:
98
Orang
6
PNS/TNI/POLRI/Pensiunan
:
33
Orang
7
Jasa Angkutan
:
134
Orang
8
Peternak
:
120
Orang
9
Tukang Bangunan
:
160
Orang
10
Belum Bekerja
:
600
Orang

c.       Penduduk Berdasarkan Pendidikan
       Penduduk menurut strata pendidikan                            :
1)      Sarjana (S1,S2,S3)                                                :         10 Orang
2)      Diploma (D1,D2,D3)                                            :         23  Orang
3)      SLTA / Sederajat                                                  :       100  Orang
4)      SMP / Sederajat                                                    :       150 Orang
5)      SD / Sederajat                                                       :       345  Orang

4.3. Sumberdaya Teknologi
a.       Sarana Transportasi
1)      Jalan Kecamatan                                               :      Rabat Beton (50%)
2)      Jalan Desa                                                         :      Rabat Beton (10%)
3)      Jalan Dusun                                                       :      Pengerasan

b.      Sarana Pemasaran
Di desa Banato Rejo tidak mempunyai sarana pemasaran akan tetapi pedagang yang ada di desa tersebut menjual hasil pertaniannya di desa sebelah yang mempunyai pasar yang besar ada juga yang mengirimnya langsung ke Makassar untuk di jual di sana.


BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIK LAPANG
5.1. Identitas Responden
Tabel 1. Identitas Responden di Desa Banato Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi Barat, 2016.
Nama Responden
Umur (Tahun)
Pendidikan
Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa)
Pengalaman Usahatani (Tahun)
Abdul Kadir SP, M.Si
48
S2
4
25
La Cawi
80
SR
1
45
Ya Kuba
85
SD
3
70
Suardi
45
SMA
6
5
Menli
55
-
3
15
Husein
45
SMP
4
10
Rata-rata
59
-
3
28
Sumber: data primer setelah diolah, 2016
            Dari tabel 1 di jelaskan bahwa rata-rata umur responden komoditi kakao iyalah 59 tahun serta pengalaman berusaha taninya 28 tahun dengan tanggungan keluarga rata-rata 3 orang dan hamper semua responden memiliki latar belakang pendidikan formal.


5.2. Deskripsi Usahatani
a.       Penggunaan Lahan
Tabel 2. Penggunaan Lahan di Desa Banato Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi Barat, 2016.
Nama Responden
Luas Lahan (Ha)
Jumlah Produksi (Kg)
Harga Jual (Rp/Kg)
Penerimaan (Rp)
Abdul Kadir SP, M.Si
1
2.000
38.000
76.000.000
La Cawi
1,2
1.800
25.000
45.000.000
Ya Kuba
1
1.000
25.000
25.000.000
Suardi
0,5
100
25.000
2.500.000
Menli
0,2
50
25.000
1.250.000
Husein
1
2.000
30.000
60.000.000
Rata-rata
1
2.600
28.000
25.958.333
Sumber: data primer setelah diolah, 2016
            Dari tabel 2 di jelaskan bahwa rata-rata lahan yang di kelolah oleh responden adalah seluas 1 Ha dengan penerimaan rata-rata Rp. 25.958.333.
b.      Pemasaran
Tabel 3. Pemasaran di Desa Banato Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi Barat, 2016.
Nama Responden
Tempat Pemasaran
Jarak ke Pasar (Km)
Abdul Kadir SP, M.Si
Pedagang Besar
2
La Cawi
Pedagang Besar
2
Ya Kuba
Pedagang Besar
0,25
Suardi
Pedagang Besar
0,3
Menli
Pedagang Pengumpul
-
Husein
Pedagang Besar
2
Rata-rata
Pedagang Besar
2
Sumber: data primer setelah diolah, 2016
            Dari tabel 3 di jelaskan bahwa rata-rata tempat pemasaran responden adalah pedagang besar dengan jarak rata-rata 2 Km kecuali pak Menli tidak mengantar hasil produksinya ke pedangan di karnakan pedagang pengumpul yang langsung datang mengambilnya tidak seperti yang lain yang mengantar hasil produksinya langsung ke pedagang besar.
5.3. Aspek Ekonomi Lahan
            a. Analisis Usahatani
Tabel 4. Analisis Usahatani Responden di Desa Banato Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi Barat, 2016.
Nama Responden
Biaya Produksi (Rp)
Penerimaan (Rp)
Pendapatan Bersih (Rp)
FC
VC
Abdul Kadir SP, M.Si
74.833
8.700.000
76.000.000
67.225.167
La Cawi
79.333
8.695.000
45.000.000
36.225.667
Ya Kuba
63.171
4.410.000
25.000.000
20.526.829
Suardi
61.571
2.185.000
2.400.000
153.429
Menli
75.000
5.050.000
36.000.000
30.875.000
Husein
34.000
5.530.000
60.000.000
54.436.000
Rata-rata
64.651
5.761.666
25.958.333
26.741.615
Sumber: data primer setelah diolah, 2016
Dari tabel 4 di jelaskan bahwa rata-rata biaya tetap responden Rp. 64.651 dan biaya variable Rp. 5.761.666 dengan rata-rata pendapatan bersih Rp. 26.741.615. Dimana rata-rata pendapatan bersih untuk kakao selama setahun adalah Rp. 1.536.100 / Ha (Wijayanti VR, 2010).


b. Analisis Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent)
Tabel 5. Analisis Nilai Ekonomi Lahan di Desa Banato Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi Barat, 2016.
Nama Responden
Nilai Ekonomi Lahan ( Land Rent ) (Rp/Ha)
Abdul Kadir SP, M.Si
66.225.160
La Cawi
35.325.666
Ya Kuba
20.062.870
Suardi
245.929
Menli
33.874.995
Husein
53.390.000
Rata-rata
26.845.603
Sumber: data primer setelah diolah, 2016
Dari tabel 5 di jelaskan bahwa nilai ekonomi lahan responden rata-rata Rp. 26.845.603 /Ha artinya sanagat baik kecuali pak suardi yang hanya Rp. 245.929 /Ha dikarenakan tanaman kakaonya yang sudah tidak produktif lagi. Dimana rata-rata nilai ekonomi suatu lahan pertanian Rp. 100.911/Ha (Pambudi A, 2008).


5.4. Konservasi Sumberdaya Lahan
a.       Kegiatan Konservasi yang Dilakukan
Tabel 6. Kegiatan Konservasi Responden di Desa Banato Rejo, Kec. Tapango, Kab. Polman, Prov, Sulawesi Barat, 2016.
No
Nama Responden
Jenis Kegiatan Konservasi
Secara Vegetatif
Secara Mekanik
1.
Abdul Kadir SP, M.Si
-
Membuat drainase pada lahan yang di Tanami Kakao
2.
La Cawi
Bekas hasil pemangkasan dikumpulkan di bawah pohon
-
3.
Ya Kuba
-
-
4.
Suardi
-
-
5.
Menli
Membuat mulsa
-
6.
Husein
Membuat mulsa
-
Sumber: data primer setelah diolah, 2016
            Dari tabel 5 di jelaskan bahwa masih ada responden yang melakukan kegiatan konservasi lahan yang di antaranya membuat drainase, mulsa, dan lainnya.
b.      Tujuan Melakukan Konservasi
1.      Membuat drainase dengan tujuan mencegah tergenangnya air
2.      Bekas hasil di pemangkasan dikumpulkan di bawah pohon untuk mencegah tanahnya terkikis dan menjaga tanahnya supaya tetap lembab
3.      Mulsa mencegah tumbuhnya gulma
4.      Mulsa mencegah penguapan dari tanah



BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
            Nilai ekonomi lahan pada produksi tanaman komoditi kakao tinggi dikarenakan total biaya yang digunakan relative tinggi serta menggunakan beberapa kegiatan konservasi . Dilihat dari data yang diambil pada praktik lapang para responden telah melakukan beberapa macam kegiatan konservasi seperti mulsa dan lainnya ini artinya pengetahuan tentang menjaga sumberdaya alamnya tinggi.

6.2. Saran-saran
            Sebaiknya petani kakao di desa Banato Rejo ini lebih dibimbing lagi dengan memberikan pembelajaran atau pengenalan dengan kegiatan konservasi yang lebih banyak lagi.

No comments:

Post a Comment