LAPORAN
PRAKTEK LAPANG
TEKNOLOGI
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
Budidaya
Tanaman Lada (Piper nigrum L.)
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah- rempah yang sudah lama di budidayakan
di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Ghats-Malabar, India dan di negara
asalnya terdapat tidak kurang dari 600 jenis varietas, sementara itu di
Indonesia terdapat 40 jenis varietas. Tanaman ini dapat bertahan hidup lebih
kurang 15 tahun. Lada di kenal dengan sebutan The king of spice (Raja rempah- rempah) telah menjadi mata dagang
antar negara. Di Indonesia pada masa penjajahan Belanda tanaman lada pernah
menjadi komoditas ekspor utama, tercatat antara tahun 1930–1938 rata-rata
ekspor Indonesia meliputi 50.000 ton per tahun. Hingga saat ini lada merupakan
komoditas andalan ekspor bagi Indonesia. Lada merupakan produk tertua dan
terpenting yang diperdagangkan di dunia. Pada tahun
2004, produksi lada Indonesia mencapai 94.371 ton atau menduduki
urutan kedua dunia setelah Vietnam dengan produksi 105.000 ton.
Produksi lada
Indonesia mempunyai segmen pasar di dalam maupun luar negeri. Pasar dalam
negeri mampu menyerap 10 % dari total produksi lada nasional. Sementara sisanya
mampu di serap pasar dunia (luar negeri) dan permintaan ini cenderung terus
meningkat. Saat ini, lada sangat berperan dalam perekonomian Indonesia sebagai
penyumbang devisa terbesar dari sektor perkebuanan setelah minyak kelapa sawit,
karet dan kopi, penyedia lapangan kerja, bahan baku industri dalam negeri dan
konsumsi langsung.
Di
pasar internasional, lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual tersendiri
karena cita rasanya yang khas. Lada Indonesia dikenal dengan nama Muntok white pepper untuk lada putih
dan Lampong black pepper untuk
lada hitam. Bahkan kedua jenis lada ini dipakai sebagai standar perdagangan
lada dunia. Sebagian besar pertanaman lada diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat
dengan pengelolaan yang tradisional, antara lain penggunaan pupuk dan obat-obatan
terbatas atau tidak sesuai anjuran, penggunaan bibit asalan, dan pengelolaan
hasil tidak higienis. Akibatnya, produksi dan produktivitas yang dicapai
rendah. Biji yang dihasilkan juga tidak bernas dan berukuran kecil.
Sistem agribisnis lada mencakup berbagai kegiatan, meliputi
subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem produksi,
subsistem tata niaga produk atau produk olahannya, serta subsistem pelayanan
pendukung seperti pemerintah, perbankan dan lembaga pemasaran. Saragih
menyebutnya sebagai subsistem agribisnis hulu, on farm dan hilir. Subsistem agribisnis lada bagian hulu mencakup
beberapa kegiatan, antara lain pengadaan bibit, pupuk, pestisida, zat pengatur
tumbuh dan alat mesin pertanian. Subsistem on farm merupakan kegiatan usahatani
mulai dari pengolahan lahan hingga panen, sedangkan subsistem agribisnis bagian
hilir mencakup penyimpanan, pengolahan, distribusi atau pemasaran dan pembakuan
mutu.
Tujuan Praktek Lapang
Adapun tujuan dari praktek lapang tentang budidaya
tanaman lada yaitu untuk mengetahui cara pengolahan dan persiapan lahan untuk
penanaman tanaman lada.
Kegunaan Praktek Lapang
Adapun kegunaan dari praktek lapang ini dilakukan yaitu agar mahasiswa mengetahui
bahwa dengan adanya kegiatan ini dapat menambah skill dan pengetahuan mengenai
cara budidaya tanaman lada.
TINJAUAN
PUSTAKA
Gambaran Umum Lokasi Praktek
Luas wilayah kecamatan Ma’rang 75,22 Km2 dengan letak geografis 0º C - 10º C lintang utara 37º bujur
timur dan 40º C - 42º C
bujur barat gengan batas-batas administrasi yaitu Sebelah Utara berbatasan
dengan Kecamatan Segeri, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten barru,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Labakkang dan Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Liukang Tupabbiring. Kawasan ini Ma’rang adalah
salah satu wilayah kecamatan dalam lingkup administratif pemerintah Kabupaten
Pangkep dan merupakan salah satu wilayah pemerintahan kekaraengan.
Taksonomi dan Morfologi Lada
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperacceae
Genus : Piper
Spesies : Piper
ningrum L.
Dalam
klasifikasi tanaman, lada termasuk dalam famili Piperaceae. Famili tersebut
terdidri dari 10 – 12 marga dan 1.400 spesies yang bentuknya beraneka ragam,
seperti herba, semak, tanaman menjalar, hingga pohon-pohonan. Ciri yang
mendasar dari tanaman lada terletak pada malai bunga berporos tunggal, berdiri
sendiri, berputik lebih dari satu batang, berbuah tidak bertangkai, kelopak
bunga jantan tidak berdaging, kelopak bunga betina melekat pada poros malai dan
berdaun liat (Rismunandar, 2007). Adapun morfologi tanaman lada yaitu sebagai
berikut :
Akar
Bijinya akan tumbuh membentuk
akar lembaga dan berkembang menjadi akar tunggang. Namun, saat ini akar
tunggang tidak banyak ditemukan pada tanaman lada karena pembiakannya dilakukan
dengan setek. Dengan demikian yang ada hanya akar lateral saja. Akar lada akan
terbentuk pada buku-buku di ruas batang pokok dan cabang. Berdasarkan
perannanya, akar lada dibagi menjadi dua jenis walaupun pada dasarnya hanya
satu jenis. Kedua akar tersebut ialah akar yang tumbuh dari buku didalam tanah
dan di atas tanah. Akar yang tumbuh dari buku didalam tanah akan membentuk akar
lateral dan berfungsi sebagai pengisap zat makanan ( feeding roots). Sementara akar yang tumbuh dari buku di atas tanah
berfungsi sebagai pelekat untuk menopang batang pokok dan menjalar pada tiang
atau pohon penunjang.
Akar
lateral dengan akar serabut yang tebalnya sekitar 30 cm berada dadalam lapisan
tanah bagian atas ( top soil ), akar
ini dapat masuk kedalam tanah 1 – 2 meter. Jumlah akar lateral rata-rata 10 –
20 buah dengan panjang 3 – 4 meter, tergantung kesuburan tanah. Perakaran lada
sangat sensitif terhadap genangan air yang berkepanjangan.
Batang
Tanaman
lada memiliki satu batang pokok dengan dua macam cabang (imorphicy). Cabang tersebut ialah cabang orthotropis (vertikal) dan
cabang plagiotropis (horisontal). Cabang orthotropis tumbuh membentuk kerangka
dasar pohon lada hingga berdiameter 4 -
6 cm, mengayu, dan beruas dengan panjang rata-rata 5 - 12 cm. Sementara cabang
plagiotropis dengan akar pelekat terbentuk dari buku antar ruas yang pertumbuhannya
agak membengkak. Dari buku tersebut tumbuh sehelai daun dan kuntum yang
selanjutnya tumbuh menjadi cabang. Kedua jenis cabang tersebut akan membentuk
percabangan.
Daun
Daun
lada berbentuk bulat telur dengan pucuk meruncing, tunggal, bertangkai panjang
dan membentuk aluran dibagian atasnya, berwarna hijau tua, bagian atas
berkilauan dan bagian bawah pucuk dengan titik-titik kelenjar. Berdasarkan
letak tumbuhnya, bentuk daun lada beraneka ragam. Daun pada batang bagian atas
berbeda dengan daun pada batang bagian bawah.
Bunga
Bunga (organum reproductivum) berbentuk malai,
agak menggelantung, panjang 3 - 25 cm, tidak bercabang, berporos tunggal dan
terdapat sekitar 150 bunga kecil. Tumbuhnya berhadapan dengan daun dari cabang
atau ranting plagiotropis. Bunga lada dapat berupa uniseksual, yaitu monoecious (berumah satu) dan dioecious (berumah dua). Monoecious
berarti pada satu tanaman terbentuk bunga betina dan bunga jantan secara
terpisah. Bila bunga jantan dan bunga betina berada dalam satu bunga (berputik
dan berbenang sari) tanaman ini disebut hermaphrodit.
Sementara dioecious berarti
masing-masing bungan jantan dan bunga betina berada terpisah pada pohon yang
berlainan. Bunga lada tumbuh dalam ketiak, kelopak berdaging, tidak bermahkota,
benang sari sebanayk 2 - 4 helai, berukuran panjang 1 mm dan terletak di
kanan-kiri bakal buah.
Buah
Buah
lada tidak bertangkai, berbiji tunggal, berbentuk bulat, berdiameter 4 – 6 mm
dan berdaging. Kulit buah lada berwarna hijau saat masih muda dan akan berubah
menjadi warna mearah setelah masak. Buah yang berkulit hijau akan menjadi
kehitaman setelah dijemur dibawah terik sinar matahari. Panjang mulai buah
dapat mencapai panjang maksimal 15 cm dan minimal 5 cm.
Biji
Biji
lada berukuran rata-rata 3 - 4 mm. Embrionya sangat kecil. Berat 100 biji lada
sekitar 3 - 8 gram dengan rata-rata berat normal buah 4,5 gram.
Syarat Tumbuh Tanaman Lada
Lada
merupakan jenis tanaman tropis sehingga hanya dapat dikembangkan di daerah
tropis. Beberapa faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan lada
harus diketahui supaya berhasil dalam pengembangannya. Persyaratan tumbuh yang
cocok untuk tanaman lada adalah sebagai berikut :
Iklim
Tanaman
lada dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah yang memiliki tipe
iklim A, B dan C. Menurut Schmidt dan Ferguson, tipe A merupakan iklim amat
basah (0 – 1,5 bulan kering), tipe B merupakan iklim basah ( 1,5 – 3 bulan
kering ) dan tipe C iklim agak basah (3 - 4,5 bulan kering). Dengan Curah hujan
2.000-3.000 mm/tahun, Suhu udara 20o C (minimum ) hingga 34o C
(maksimum ) dengan kisaran suhu terbaik antara 20-27o C pada pagi
hari, 26-32o C pada siang hari dan 24-30o C pada sore
hari, dan kelembaban udara 50% - 100%.
Tanah
Umumnya tekstur tanah yang
diinginkan tanaman lada adalah liat berpasir. Namun, umumnya lada tumbuh baik
pada tanah podsolik, andosol, latosol, dan granosol dengan tingkat kesuburan
dan drainase yang baik. Drainase yang kurang baik dapat mengakibatkan jamur
tumbuh dan berkembang lebih cepat. Selain itu jenis dan sifat tanah, pertumbuhan
dan produktivitas lada dipengaruhi oleh kedalaman air tanah.
Teknologi
Budidaya
Bahan Tanam
Tanaman lada
dapat diperbanyak secara generatif dengan biji, dan vegetatif dengan setek.
Setek tanaman lada dapat diambil dari sulur panjat, sulur gantung, sulur tanah
dan sulur buah (cabang buah). Sulur panjat adalah sulur yang tumbuh memanjat
tanaman penegak, mempunyai cukup akar lekat pada setiap buku, apabila ditanam
akan menghasilkan tunas dan akar lekat yang dapat langsung melekat pada penegak
lada. Sulur gantung adalah sulur panjat yang menggantung
atau tidak tumbuh memanjat pada tanaman penegak, tidak mempunyai akar lekat,
apabila ditanam akan menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada
tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat (3-4 tahun). Sulur tanah
adalah sulur yang tumbuh merayap dipermukaan tanah, akar lekatnya terbatas,
tiap buku tidak keluar akar, apabila di tanam akan menghasilkan tunas yang
tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat
(3-4 tahun). Sulur buah (cabang buah) adalah cabang buah, tidak mempunyai
akar lekat, apabila ditanam akan cepat menghasilkan buah, tetapi tanaman lada
tidak dapat tumbuh tinggi dan tidak melekat pada tanaman penegak, perakarannya
dangkal, mudah stres apabila ketersediaan air tanah terbatas, keluarnya cabang
buah cepat, pada umur 1 tahun sudah menghasilkan buah.
Bahan tanaman untuk bibit sebaiknya
berasal dari tanaman yang tumbuh kuat, daunnya berwarna hijau tua, tidak
menunjukkan gejala kekurangan hara dan tidak memperlihatkan gejala serangan
hama dan penyakit. Untuk menghasilkan tanaman lada yang dapat tumbuh baik pada
tanaman penegak, sebaiknya menggunakan bahan tanaman yang berasal dari sulur
panjat. Bahan tanaman lada untuk bibit dapat berasal dari setek pendek maupun
setek panjang. Dalam hubungannya dengan penghematan bahan tanaman, penyetekan
sulur panjat dapat dilakukan dengan menggunakan setek satu ruas berdaun
tunggal. Tetapi setek demikian harus terlebih dahulu didederkan dan disemaikan.
Penggunaan bibit lada sulur panjat dengan menggunakan setek satu ruas berdaun
tunggal dapat lebih effisien dan menghemat 40% bahan tanaman.
Pembibitan Lada
Untuk
menjamin ketersediaan sumber bibit lada yang baik perlu dibangun kebun induk
lada varietas unggul. Kebun induk tersebut sekaligus sebagai kebun produksi
lada. Bibit lada varietas unggul ditanam dengan jarak tanam 1,25x1,25 m atau 2,5x2,5
m. Tanaman lada yang mati di kebun induk disulam secara teratur setiap musim
penyulaman. Penyulaman dilakukan secara klonal menggunakan bibit lada atau
bahan tanaman dari varietas lada yang sama sesuai spesifik lokasi untuk daerah
Lampung menggunakan varietas lada yang unggul. Secara periodik tanaman lada dipangkas
agar tumbuh tunas vegetatif baru sebagai bahan tanaman untuk sumber bibit.
Pembibitan tanaman lada harus Terjamin kemurnian jenis
bibitnya, berasal dari pohon induk yang sehat, bebas dari hama dan penyakit dan berasal
dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit
± 2.000 bibit tanaman/ha).
Persiapan Tanam Lada dengan Tajar
Hidup
Menanam
tajar lada dilakukan satu tahun sebelum penanaman lada. Jenis tajar lada yang
baik adalah gamal (Gliricidia maculata) atau dadap cangkring pucuk merah
(Erythrina fusca L). Jenis tajar hidup yang banyak digunakan di Lampung
adalah gamal (Gliricidia maculata), dadap cangkring (Erythrina fusca
L), kapok (Ceiba petandra ), dadap licin (Erythrina lihosperma),
dadap duri (Erythrina indica ) dll. Tanaman penegak ini diperbanyak
dengan menggunakan setek batang, panjang setek batang untuk tajar 2-2,5 m,
diameter 5-7 cm, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Setek tajar ditanam
dengan kedalaman 0,30-0,40 m. Tajar diwiwil (dibuang tunas-tunasnya) agar
tumbuh lurus ke atas. Tajar yang telah berumur lebih dari 2 tahun dilakukan
pemangkasan 2 kali per tahun pada awal dan akhir musim hujan
Jarak tanam tajar lada sama dengan
jarak tanam lada yaitu 2,5x2,5 m atau 2,5x2 m. Lubang tanam lada ukuran
45x45x45 cm atau 60x60x60 cm) dibuat 10-15 cm di sebelah timur tajar lada.
Lubang tanam dilakukan 0,5-3,0 bulan sebelum tanam lada. Tanah galian lubang
tanam dipisahkan menjadi dua, tanah bagian atas (top soil) dan tanah
bagian bawah (sub soil) ditempatkan terpisah. Tanah galian lubang tanam
lada yang berasal dari bagian atas (top soil) dicampur pupuk organik
atau pupuk kandang (5-10 kg) yang telah ditaburi agen hayati Trichodema
harzianum sebanyak 50-100 gr. Saluran drainase keliling kebun dibuat
berukuran lebar 30 cm, sedalam 30 cm agar kebun lada tidak tergenang di musim
hujan. Kebun lada tidak disiang bersih, pengendalian gulma dilakukan dengan
membabat gulma/tanaman pengganggu, atau menanam penutup tanah Arachis pintoi
di kebun lada dan di sekitar tanaman penegak dibebokor (dilakukan penyiangan terbatas)
secara periodik.
Pemupukan
Tanaman lada
memerlukan pupuk organik dan anorganik. Pemberiannya dapat dilakukan secara
terpisah maupun secara bersama-sama dengan mencampur pupuk organik dan anorganik
sebelum diberikan pada tanaman lada. Pemupukan anorganik sebanyak 1.600 gr
NPKMg (12-12-17-2)/tanaman/tahun untuk tanaman produktif. Pemberian pupuk anorganik
dibagi 3-4 kali per tahun.
Tabel 1. Waktu pemberian dan dosis pupuk anorganik
untuk tanaman lada produktif.
Keterangan
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
Waktu pemberian
|
Awal musim hujan
|
40-45 hari dari I
|
40-45 hari dari II
|
40-45 hari dari III
|
Dosis (gr)
|
640
dengan pupuk kandang
|
480
|
320
|
160
Dengan pupuk kandang
|
Kondisi yang disarankan
|
Tajar dipangkas semua
|
Tajar disisakan 2-3 cabang
|
Tajar disisakan 3 cabang
|
Tajar dipangkas habis
|
Tajar
dipangkas 7-10 hari sebelum dilakukan pemupukan, agar tidak terjadi kompetisi
hara dan memaksimalkan masuknya sinar matahari. Pupuk organik (pupuk kandang
atau kompos) 5-10 kg/tanaman/tahun. Pemberian pupuk dilakukan dengan mengikis
atau mengangkat permukaan tanah di sekitar tanaman, pupuk disebarkan kemudian
ditutup kembali dengan tanah kikisan ditambah tanah dari sekitar tanaman.
Tanaman lada berumur >12 bulan, dosis pupuk anorganik 1/8 total (200 g ) NPK
Mg. Pemberian pupuk diberikan 2 kali/tahun.
Tabel 2. Waktu pemberian dan dosis pupuk inorganik
untuk tanaman lada berumur < 12 bulan.
Keterangan
|
I
|
II
|
Waktu pemberian
|
Akhir musim hujan
|
7 bulan dari I
|
Dosis (gr)
|
60
|
140 disertai pupuk kandang
|
Kondisi yang disarankan
|
Tajar dipangkas semua
|
Tajar disisakan 2-3 cabang
|
Tanaman
berumur 13-24 bulan diberikan 1/4 dosis total (400 gr /tanaman/tahun) dengan
interval 2 kali dan agihan pupuk 3 : 7 ( 12 dan 280 gr) selama ada hujan,
ditambah 5-10 kg pupuk kandang pada waktu pemberian pertama.
Tabel 3. Waktu pemberian dan dosis
pupuk inorganik untuk tanaman lada berumur 13-24bulan
Keterangan
|
I
|
II
|
Waktu pemberian
|
Akhir musim hujan
|
12 bulan dari I
|
Dosis (gr)
|
120
|
280 disertai pupuk kandang
|
Kondisi yang disarankan
|
Tajar disisakan 2-3 cabang
|
Tajar dipangkas semua
|
METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Praktek Lapang Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan tentang Tanaman Lada dilaksanakan. Pada tanggal 24 April 2016 pukul 09.30 WITA sampai selesai.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktek lapang budidaya tanaman lada yaitu sekop dan cangkul. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu bibit lada, air, pupuk kandang.
Cara Kerja
Adapun cara kerja budidaya tanaman lada yaitu sebagai berikut :
1. Menyediakan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2. Membersihkan lahan dari gulma dan
serasah yang menumpuk disekitar lahan.
3. Menancapkan bambu sebagai tanda pada
lahan yang ingin dilubangi dengan jarak ± 1,25 meter.
4. Menggali lubang tanam sedalam 20-30
cm dengan lebar dan panjang 40 x 40 cm.
5. Menambahkan pupuk kandang secukupnya
ke dalam lubang yang telah siap.
HASI DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari praktek lapang yang telah dilakukan di Pesantren Mahasiswa
Darul Mukhlisin Padang Lampe Jalan Bara Batu Kecamatan Ma’rang Kabupaten
Pangkajene yaitu dapat mengetahui cara budidaya tanaman lada yang dimulai dari
pengolahan lahannya
Pembahasan
Praktek lapang yang telah dilakukan dapat kami
pahami tetapi dalam teknik pembudidayaannya, membutuhkan
teknik yang agak rumit karena tanaman ini bukan merupakan tanaman berkayu
seperti tanaman budidaya tahunan lainnya. Tanaman lada ini membutuhkan pohon
panjatan atau pohon tajar. Proses
budidaya tanaman lada yang dilakukan dimulai dari
pembibitan. Bahan tanam yang digunakan yaitu generatif
dengan biji atau vegetatif dengan stek yang
diambil dari sulur tanah/sulur cacing, sulur cabang dan sulur gantung yang
memiliki kelebihan masing–masing. Pengolahan tanah dilakukan dengan melakukan
kegiatan sanitasi disekitar areal yang akan ditanami lada kemudian dilakukan
pengajiran dengan jarak tanam 1,25 x 1,25 meter. Sebelum penanaman dilakukan
pembuatan lubang tanam 20 x 30 cm dengan lebar
dan pajang 40 x 40 cm, setelah itu dilakukan
pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang. Tanaman
lada ini dengan sistem tanaman tumpang sari karena ditanam di selah-selah
tanaman pepaya yang mulai belajar berbuah.
Tanaman lada dapat tumbuh pada ketinggian 0–1000 meter di
atas permukaan laut, membutuh naungan atau cahaya 50–75% intensitas matahari dan
membutuh rambatan dengan menggunakan tiang hidup atau tajar, cukup sinar
matahari (10 jam/hari). Membutuhkan tanah yang subur dan kaya bahan organik, tidak
tergenang atau terlalu kering (Aerasi & drainase baik). Dengan pH tanah
5,5-7,0. Kebutuhan curah hujan 2.000-3.000 mm/th (100-300 mm/bln). Suhu udara
20º-34º C, optimum 23º-30º C, ketinggian tempat ± 500 m dp.l Kelembaban udara
relatif (RH) 50% -100%; optimal 60% - 80% . Serta terlindung dari tiupan angin
yang terlalu kencang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah
melakukan
praktek lapang maka dapat disimpulkan
bahwa budidaya tanaman lada dalam teknik pembudidayaannya,
membutuhkan teknik yang agak rumit karena tanaman ini bukan merupakan tanaman
berkayu seperti tanaman budidaya tahunan lainnya. Tanaman lada ini membutuhkan
pohon panjatan atau pohon tajar dengan proses pengelolahan
dan persiapan lahan tanaman lada harus dilahan yang subur dan kaya bahan organik, tidak
tergenang atau terlalu kering. Pengolahan tanah dilakukan
dengan melakukan kegiatan sanitasi disekitar areal yang akan ditanami lada
kemudian dilakukan pengajiran dengan jarak tanam 1,25 x 1,25 meter. Sebelum penanaman dilakukan
pembuatan lubang tanam 20 x 30 cm dengan lebar
dan pajang 40 x 40 cm, setelah itu dilakukan
pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang.
Saran
Sebaiknya
para asisten memberikan arahan mengenai budidaya
tanaman lada ini yang dimulai dari pemilihan dan penyiapan bibit unggul hingga
pasca panennya sehingga peserta dapat mengerti bagaimana teknik
budidaya lada yang baik.
No comments:
Post a Comment