Wednesday, January 11, 2017

Laporan Budidaya Tanaman Perkebunan



LAPORAN PRAKTEK LAPANG
TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
                                             Budidaya Tanaman Lada (Piper nigrum L.)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah- rempah yang sudah lama di budidayakan di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Ghats-Malabar, India dan di negara asalnya terdapat tidak kurang dari 600 jenis varietas, sementara itu di Indonesia terdapat 40 jenis varietas. Tanaman ini dapat bertahan hidup lebih kurang 15 tahun. Lada di kenal dengan sebutan The king of spice (Raja rempah- rempah) telah menjadi mata dagang antar negara. Di Indonesia pada masa penjajahan Belanda tanaman lada pernah menjadi komoditas ekspor utama, tercatat antara tahun 1930–1938 rata-rata ekspor Indonesia meliputi 50.000 ton per tahun. Hingga saat ini lada merupakan komoditas andalan ekspor bagi Indonesia. Lada merupakan produk tertua dan terpenting yang diperdagangkan di dunia. Pada tahun 2004, produksi lada Indonesia mencapai 94.371 ton  atau menduduki urutan kedua dunia setelah Vietnam dengan produksi 105.000 ton.
Produksi lada Indonesia mempunyai segmen pasar di dalam maupun luar negeri. Pasar dalam negeri mampu menyerap 10 % dari total produksi lada nasional. Sementara sisanya mampu di serap pasar dunia (luar negeri) dan permintaan ini cenderung terus meningkat. Saat ini, lada sangat berperan dalam perekonomian Indonesia sebagai penyumbang devisa terbesar dari sektor perkebuanan setelah minyak kelapa sawit, karet dan kopi, penyedia lapangan kerja, bahan baku industri dalam negeri dan konsumsi langsung.
Di pasar internasional, lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual tersendiri karena cita rasanya yang khas. Lada Indonesia dikenal dengan nama Muntok white pepper untuk lada putih dan Lampong black pepper untuk lada hitam. Bahkan kedua jenis lada ini dipakai sebagai standar perdagangan lada dunia. Sebagian besar pertanaman lada diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan pengelolaan yang tradisional, antara lain penggunaan pupuk dan obat-obatan terbatas atau tidak sesuai anjuran, penggunaan bibit asalan, dan pengelolaan hasil tidak higienis. Akibatnya, produksi dan produktivitas yang dicapai rendah. Biji yang dihasilkan juga tidak bernas dan berukuran kecil.
Sistem agribisnis lada mencakup berbagai kegiatan, meliputi subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem produksi, subsistem tata niaga produk atau produk olahannya, serta subsistem pelayanan pendukung seperti pemerintah, perbankan dan lembaga pemasaran. Saragih menyebutnya sebagai subsistem agribisnis hulu, on farm dan hilir. Subsistem agribisnis lada bagian hulu mencakup beberapa kegiatan, antara lain pengadaan bibit, pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh dan alat mesin pertanian. Subsistem on farm merupakan kegiatan usahatani mulai dari pengolahan lahan hingga panen, sedangkan subsistem agribisnis bagian hilir mencakup penyimpanan, pengolahan, distribusi atau pemasaran dan pembakuan mutu.
Tujuan Praktek Lapang
Adapun tujuan dari praktek lapang tentang budidaya tanaman lada yaitu untuk mengetahui cara pengolahan dan persiapan lahan untuk penanaman tanaman lada.
Kegunaan Praktek Lapang
Adapun kegunaan dari praktek lapang  ini dilakukan yaitu agar mahasiswa mengetahui bahwa dengan adanya kegiatan ini dapat menambah skill dan pengetahuan mengenai cara budidaya tanaman lada.


TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Lokasi Praktek
Luas wilayah kecamatan Ma’rang 75,22 Km2 dengan letak geografis 0º C - 10º C lintang utara 37º bujur timur dan 40º C - 42º C bujur barat gengan batas-batas administrasi yaitu Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Segeri, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten barru, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Labakkang dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Liukang Tupabbiring. Kawasan ini Ma’rang adalah salah satu wilayah kecamatan dalam lingkup administratif pemerintah Kabupaten Pangkep dan merupakan salah satu wilayah pemerintahan kekaraengan.
Taksonomi dan Morfologi Lada
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Kelas               : Monocotyledoneae
Ordo                : Piperales
Famili              : Piperacceae
Genus              : Piper
Spesies            : Piper ningrum L.
Dalam klasifikasi tanaman, lada termasuk dalam famili Piperaceae. Famili tersebut terdidri dari 10 – 12 marga dan 1.400 spesies yang bentuknya beraneka ragam, seperti herba, semak, tanaman menjalar, hingga pohon-pohonan. Ciri yang mendasar dari tanaman lada terletak pada malai bunga berporos tunggal, berdiri sendiri, berputik lebih dari satu batang, berbuah tidak bertangkai, kelopak bunga jantan tidak berdaging, kelopak bunga betina melekat pada poros malai dan berdaun liat (Rismunandar, 2007). Adapun morfologi tanaman lada yaitu sebagai berikut :
Akar
Bijinya akan tumbuh membentuk akar lembaga dan berkembang menjadi akar tunggang. Namun, saat ini akar tunggang tidak banyak ditemukan pada tanaman lada karena pembiakannya dilakukan dengan setek. Dengan demikian yang ada hanya akar lateral saja. Akar lada akan terbentuk pada buku-buku di ruas batang pokok dan cabang. Berdasarkan perannanya, akar lada dibagi menjadi dua jenis walaupun pada dasarnya hanya satu jenis. Kedua akar tersebut ialah akar yang tumbuh dari buku didalam tanah dan di atas tanah. Akar yang tumbuh dari buku didalam tanah akan membentuk akar lateral dan berfungsi sebagai pengisap zat makanan ( feeding roots). Sementara akar yang tumbuh dari buku di atas tanah berfungsi sebagai pelekat untuk menopang batang pokok dan menjalar pada tiang atau pohon penunjang.
Akar lateral dengan akar serabut yang tebalnya sekitar 30 cm berada dadalam lapisan tanah bagian atas ( top soil ), akar ini dapat masuk kedalam tanah 1 – 2 meter. Jumlah akar lateral rata-rata 10 – 20 buah dengan panjang 3 – 4 meter, tergantung kesuburan tanah. Perakaran lada sangat sensitif terhadap genangan air yang berkepanjangan.
Batang
Tanaman lada memiliki satu batang pokok dengan dua macam cabang (imorphicy). Cabang tersebut ialah cabang orthotropis (vertikal) dan cabang plagiotropis (horisontal). Cabang orthotropis tumbuh membentuk kerangka dasar pohon lada hingga berdiameter  4 - 6 cm, mengayu, dan beruas dengan panjang rata-rata 5 - 12 cm. Sementara cabang plagiotropis dengan akar pelekat terbentuk dari buku antar ruas yang pertumbuhannya agak membengkak. Dari buku tersebut tumbuh sehelai daun dan kuntum yang selanjutnya tumbuh menjadi cabang. Kedua jenis cabang tersebut akan membentuk percabangan.
Daun
Daun lada berbentuk bulat telur dengan pucuk meruncing, tunggal, bertangkai panjang dan membentuk aluran dibagian atasnya, berwarna hijau tua, bagian atas berkilauan dan bagian bawah pucuk dengan titik-titik kelenjar. Berdasarkan letak tumbuhnya, bentuk daun lada beraneka ragam. Daun pada batang bagian atas berbeda dengan daun pada batang bagian bawah.
Bunga
Bunga (organum reproductivum) berbentuk malai, agak menggelantung, panjang 3 - 25 cm, tidak bercabang, berporos tunggal dan terdapat sekitar 150 bunga kecil. Tumbuhnya berhadapan dengan daun dari cabang atau ranting plagiotropis. Bunga lada dapat berupa uniseksual, yaitu monoecious (berumah satu) dan dioecious (berumah dua). Monoecious berarti pada satu tanaman terbentuk bunga betina dan bunga jantan secara terpisah. Bila bunga jantan dan bunga betina berada dalam satu bunga (berputik dan berbenang sari) tanaman ini disebut hermaphrodit. Sementara dioecious berarti masing-masing bungan jantan dan bunga betina berada terpisah pada pohon yang berlainan. Bunga lada tumbuh dalam ketiak, kelopak berdaging, tidak bermahkota, benang sari sebanayk 2 - 4 helai, berukuran panjang 1 mm dan terletak di kanan-kiri bakal buah.
Buah
Buah lada tidak bertangkai, berbiji tunggal, berbentuk bulat, berdiameter 4 – 6 mm dan berdaging. Kulit buah lada berwarna hijau saat masih muda dan akan berubah menjadi warna mearah setelah masak. Buah yang berkulit hijau akan menjadi kehitaman setelah dijemur dibawah terik sinar matahari. Panjang mulai buah dapat mencapai panjang maksimal 15 cm dan minimal 5 cm. 
Biji
Biji lada berukuran rata-rata 3 - 4 mm. Embrionya sangat kecil. Berat 100 biji lada sekitar 3 - 8 gram dengan rata-rata berat normal buah 4,5 gram.
Syarat Tumbuh Tanaman Lada
Lada merupakan jenis tanaman tropis sehingga hanya dapat dikembangkan di daerah tropis. Beberapa faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan lada harus diketahui supaya berhasil dalam pengembangannya. Persyaratan tumbuh yang cocok untuk tanaman lada adalah sebagai berikut :
Iklim
Tanaman lada dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah yang memiliki tipe iklim A, B dan C. Menurut Schmidt dan Ferguson, tipe A merupakan iklim amat basah (0 – 1,5 bulan kering), tipe B merupakan iklim basah ( 1,5 – 3 bulan kering ) dan tipe C iklim agak basah (3 - 4,5 bulan kering). Dengan Curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun, Suhu udara 20o C (minimum ) hingga 34o C (maksimum ) dengan kisaran suhu terbaik antara 20-27o C pada pagi hari, 26-32o C pada siang hari dan 24-30o C pada sore hari, dan kelembaban udara 50% - 100%.

Tanah
Umumnya tekstur tanah yang diinginkan tanaman lada adalah liat berpasir. Namun, umumnya lada tumbuh baik pada tanah podsolik, andosol, latosol, dan granosol dengan tingkat kesuburan dan drainase yang baik. Drainase yang kurang baik dapat mengakibatkan jamur tumbuh dan berkembang lebih cepat. Selain itu jenis dan sifat tanah, pertumbuhan dan produktivitas lada dipengaruhi oleh kedalaman air tanah.
Teknologi Budidaya
Bahan Tanam
Tanaman lada dapat diperbanyak secara generatif dengan biji, dan vegetatif dengan setek. Setek tanaman lada dapat diambil dari sulur panjat, sulur gantung, sulur tanah dan sulur buah (cabang buah). Sulur panjat adalah sulur yang tumbuh memanjat tanaman penegak, mempunyai cukup akar lekat pada setiap buku, apabila ditanam akan menghasilkan tunas dan akar lekat yang dapat langsung melekat pada penegak lada. Sulur gantung adalah sulur panjat yang menggantung atau tidak tumbuh memanjat pada tanaman penegak, tidak mempunyai akar lekat, apabila ditanam akan menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat (3-4 tahun). Sulur tanah adalah sulur yang tumbuh merayap dipermukaan tanah, akar lekatnya terbatas, tiap buku tidak keluar akar, apabila di tanam akan menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat (3-4 tahun). Sulur buah (cabang buah) adalah cabang buah, tidak mempunyai akar lekat, apabila ditanam akan cepat menghasilkan buah, tetapi tanaman lada tidak dapat tumbuh tinggi dan tidak melekat pada tanaman penegak, perakarannya dangkal, mudah stres apabila ketersediaan air tanah terbatas, keluarnya cabang buah cepat, pada umur 1 tahun sudah menghasilkan buah.
Bahan tanaman untuk bibit sebaiknya berasal dari tanaman yang tumbuh kuat, daunnya berwarna hijau tua, tidak menunjukkan gejala kekurangan hara dan tidak memperlihatkan gejala serangan hama dan penyakit. Untuk menghasilkan tanaman lada yang dapat tumbuh baik pada tanaman penegak, sebaiknya menggunakan bahan tanaman yang berasal dari sulur panjat. Bahan tanaman lada untuk bibit dapat berasal dari setek pendek maupun setek panjang. Dalam hubungannya dengan penghematan bahan tanaman, penyetekan sulur panjat dapat dilakukan dengan menggunakan setek satu ruas berdaun tunggal. Tetapi setek demikian harus terlebih dahulu didederkan dan disemaikan. Penggunaan bibit lada sulur panjat dengan menggunakan setek satu ruas berdaun tunggal dapat lebih effisien dan menghemat 40% bahan tanaman.
Pembibitan Lada
Untuk menjamin ketersediaan sumber bibit lada yang baik perlu dibangun kebun induk lada varietas unggul. Kebun induk tersebut sekaligus sebagai kebun produksi lada. Bibit lada varietas unggul ditanam dengan jarak tanam 1,25x1,25 m atau 2,5x2,5 m. Tanaman lada yang mati di kebun induk disulam secara teratur setiap musim penyulaman. Penyulaman dilakukan secara klonal menggunakan bibit lada atau bahan tanaman dari varietas lada yang sama sesuai spesifik lokasi untuk daerah Lampung menggunakan varietas lada yang unggul. Secara periodik tanaman lada dipangkas agar tumbuh tunas vegetatif baru sebagai bahan tanaman untuk sumber bibit. Pembibitan tanaman lada harus Terjamin kemurnian jenis bibitnya, berasal dari pohon induk yang sehat, bebas dari hama dan penyakit dan berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman/ha).
Persiapan Tanam Lada dengan Tajar Hidup
Menanam tajar lada dilakukan satu tahun sebelum penanaman lada. Jenis tajar lada yang baik adalah gamal (Gliricidia maculata) atau dadap cangkring pucuk merah (Erythrina fusca L). Jenis tajar hidup yang banyak digunakan di Lampung adalah gamal (Gliricidia maculata), dadap cangkring (Erythrina fusca L), kapok (Ceiba petandra ), dadap licin (Erythrina lihosperma), dadap duri (Erythrina indica ) dll. Tanaman penegak ini diperbanyak dengan menggunakan setek batang, panjang setek batang untuk tajar 2-2,5 m, diameter 5-7 cm, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Setek tajar ditanam dengan kedalaman 0,30-0,40 m. Tajar diwiwil (dibuang tunas-tunasnya) agar tumbuh lurus ke atas. Tajar yang telah berumur lebih dari 2 tahun dilakukan pemangkasan 2 kali per tahun pada awal dan akhir musim hujan
Jarak tanam tajar lada sama dengan jarak tanam lada yaitu 2,5x2,5 m atau 2,5x2 m. Lubang tanam lada ukuran 45x45x45 cm atau 60x60x60 cm) dibuat 10-15 cm di sebelah timur tajar lada. Lubang tanam dilakukan 0,5-3,0 bulan sebelum tanam lada. Tanah galian lubang tanam dipisahkan menjadi dua, tanah bagian atas (top soil) dan tanah bagian bawah (sub soil) ditempatkan terpisah. Tanah galian lubang tanam lada yang berasal dari bagian atas (top soil) dicampur pupuk organik atau pupuk kandang (5-10 kg) yang telah ditaburi agen hayati Trichodema harzianum sebanyak 50-100 gr. Saluran drainase keliling kebun dibuat berukuran lebar 30 cm, sedalam 30 cm agar kebun lada tidak tergenang di musim hujan. Kebun lada tidak disiang bersih, pengendalian gulma dilakukan dengan membabat gulma/tanaman pengganggu, atau menanam penutup tanah Arachis pintoi di kebun lada dan di sekitar tanaman penegak dibebokor (dilakukan penyiangan terbatas) secara periodik.
Pemupukan
Tanaman lada memerlukan pupuk organik dan anorganik. Pemberiannya dapat dilakukan secara terpisah maupun secara bersama-sama dengan mencampur pupuk organik dan anorganik sebelum diberikan pada tanaman lada. Pemupukan anorganik sebanyak 1.600 gr NPKMg (12-12-17-2)/tanaman/tahun untuk tanaman produktif. Pemberian pupuk anorganik dibagi 3-4 kali per tahun.
Tabel 1. Waktu pemberian dan dosis pupuk anorganik untuk tanaman lada produktif.
Keterangan
I
II
III
IV
Waktu pemberian
Awal musim hujan
40-45 hari dari I
40-45 hari dari II
40-45 hari dari III
Dosis (gr)
640
dengan pupuk kandang
480
320
160
Dengan pupuk kandang
Kondisi yang disarankan
Tajar dipangkas semua
Tajar disisakan 2-3 cabang
Tajar disisakan 3 cabang
Tajar dipangkas habis

Tajar dipangkas 7-10 hari sebelum dilakukan pemupukan, agar tidak terjadi kompetisi hara dan memaksimalkan masuknya sinar matahari. Pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) 5-10 kg/tanaman/tahun. Pemberian pupuk dilakukan dengan mengikis atau mengangkat permukaan tanah di sekitar tanaman, pupuk disebarkan kemudian ditutup kembali dengan tanah kikisan ditambah tanah dari sekitar tanaman. Tanaman lada berumur >12 bulan, dosis pupuk anorganik 1/8 total (200 g ) NPK Mg. Pemberian pupuk diberikan 2 kali/tahun.
Tabel 2. Waktu pemberian dan dosis pupuk inorganik untuk tanaman lada berumur < 12 bulan.
Keterangan
I
II
Waktu pemberian
Akhir musim hujan
7 bulan dari I
Dosis (gr)
60
140 disertai pupuk kandang
Kondisi yang disarankan
Tajar dipangkas semua
Tajar disisakan 2-3 cabang

Tanaman berumur 13-24 bulan diberikan 1/4 dosis total (400 gr /tanaman/tahun) dengan interval 2 kali dan agihan pupuk 3 : 7 ( 12 dan 280 gr) selama ada hujan, ditambah 5-10 kg pupuk kandang pada waktu pemberian pertama.
Tabel 3. Waktu pemberian dan dosis pupuk inorganik untuk tanaman lada berumur 13-24bulan
Keterangan
I
II
Waktu pemberian
Akhir musim hujan
12 bulan dari I
Dosis (gr)
120
280 disertai pupuk kandang
Kondisi yang disarankan
Tajar disisakan 2-3 cabang
Tajar dipangkas semua



METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Praktek Lapang Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan tentang Tanaman  Lada dilaksanakan. Pada tanggal 24 April 2016 pukul 09.30 WITA sampai selesai.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktek lapang budidaya tanaman lada yaitu sekop dan cangkul. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu bibit lada, air, pupuk kandang.

Cara Kerja
Adapun cara kerja budidaya tanaman lada yaitu sebagai berikut :
1.    Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Membersihkan lahan dari gulma dan serasah yang menumpuk disekitar lahan.
3.    Menancapkan bambu sebagai tanda pada lahan yang ingin dilubangi dengan jarak ± 1,25 meter.
4.    Menggali lubang tanam sedalam 20-30 cm dengan lebar dan panjang 40 x 40 cm.
5.    Menambahkan pupuk kandang secukupnya ke dalam lubang yang telah siap.



HASI DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari praktek lapang yang telah dilakukan di Pesantren Mahasiswa Darul Mukhlisin Padang Lampe Jalan Bara Batu Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkajene yaitu dapat mengetahui cara budidaya tanaman lada yang dimulai dari pengolahan lahannya
Pembahasan
Praktek lapang yang telah dilakukan dapat kami pahami tetapi dalam teknik pembudidayaannya, membutuhkan teknik yang agak rumit karena tanaman ini bukan merupakan tanaman berkayu seperti tanaman budidaya tahunan lainnya. Tanaman lada ini membutuhkan pohon panjatan atau pohon tajar. Proses budidaya tanaman lada yang dilakukan dimulai dari pembibitan. Bahan tanam yang digunakan yaitu generatif dengan biji atau vegetatif dengan stek yang diambil dari sulur tanah/sulur cacing, sulur cabang dan sulur gantung yang memiliki kelebihan masing–masing. Pengolahan tanah dilakukan dengan melakukan kegiatan sanitasi disekitar areal yang akan ditanami lada kemudian dilakukan pengajiran dengan jarak tanam 1,25 x 1,25 meter. Sebelum penanaman dilakukan pembuatan lubang tanam 20 x 30 cm dengan lebar dan pajang 40 x 40 cm, setelah itu dilakukan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang. Tanaman lada ini dengan sistem tanaman tumpang sari karena ditanam di selah-selah tanaman pepaya yang mulai belajar berbuah.
Tanaman lada dapat tumbuh pada ketinggian 0–1000 meter di atas permukaan laut, membutuh naungan atau cahaya 50–75% intensitas matahari dan membutuh rambatan dengan menggunakan tiang hidup atau tajar, cukup sinar matahari (10 jam/hari). Membutuhkan tanah yang subur dan kaya bahan organik, tidak tergenang atau terlalu kering (Aerasi & drainase baik). Dengan pH tanah 5,5-7,0. Kebutuhan curah hujan 2.000-3.000 mm/th (100-300 mm/bln). Suhu udara 20º-34º C, optimum 23º-30º C, ketinggian tempat ± 500 m dp.l Kelembaban udara relatif (RH) 50% -100%; optimal 60% - 80% . Serta terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melakukan praktek lapang maka dapat disimpulkan bahwa budidaya tanaman lada dalam teknik pembudidayaannya, membutuhkan teknik yang agak rumit karena tanaman ini bukan merupakan tanaman berkayu seperti tanaman budidaya tahunan lainnya. Tanaman lada ini membutuhkan pohon panjatan atau pohon tajar dengan proses pengelolahan dan persiapan lahan tanaman lada harus dilahan yang subur dan kaya bahan organik, tidak tergenang atau terlalu kering. Pengolahan tanah dilakukan dengan melakukan kegiatan sanitasi disekitar areal yang akan ditanami lada kemudian dilakukan pengajiran dengan jarak tanam 1,25 x 1,25 meter. Sebelum penanaman dilakukan pembuatan lubang tanam 20 x 30 cm dengan lebar dan pajang 40 x 40 cm, setelah itu dilakukan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang.
Saran
Sebaiknya para asisten memberikan arahan mengenai budidaya tanaman lada ini yang dimulai dari pemilihan dan penyiapan bibit unggul hingga pasca panennya sehingga peserta dapat mengerti bagaimana teknik budidaya lada yang baik.

No comments:

Post a Comment